Hidayatullah –Pengasong paham liberal di Indonesia hanyalah segelintir orang, namun kerusakannya bisa mempengaruhi ribuan orang. Karenanya remaja Islam diharapkan bisa membentengi diri agar tak ikut terpengaruh kerusakan ini.
Menurut Aditya Abdurahman Al Hafidz, anggota komunitas Underground Ghurabaa (Militant Tauhid), paham liberal bisa menyerang seseorang tanpa ia ikut aktif dalam kajian atau organisasinya.
“Liberalisme itu sebuah gerakan pemikiran yang bukan organisasi namun tetap terorganisir. Keanggotaan mereka cukup dinilai dari kesamaan persepsi baik masalah hermeneutika ketuhanan, dan gaya hidup pluralisme, ketika Anda menyepakati bahwa semua tuhan adalah sama, cukup sampai di situ saja kita sudah jadi bagian dari gerakan liberal,” jelas Aditya yang juga seorang dosen di beberapa perguruan tinggi di Surabaya.
Menurut Muhammad Al Khatatth, Sekjen Forum Umat Islam (FUI), sebenarnya para pengasong paham liberal hanya bagian kecil orang.
“JIL itu hanyalah bagian dari tools kecil skenario besar gerakan liberal yang sesungguhnya di Indonesia.”
Namun bagi Aditya, persoalan bukan kecil atau besarnya. Atau apakah dia anggota Jariangan Islam Liberal (JIL) atau tidak. Namun yang harus dilihat itu adalah paham liberal itu yang menjadikan seseorang itu berfikir dan beramal.
“Dengan atau tanpa label JIL, yang tidak kalah berbahayanya adalah ketika kita justru telah menjalankan nilai nilai liberal tanpa kita sadari” tegas Aditya Abdurahman.
Bagaimanapun serunya perdebatan masalah ini, namun cara cerdas telah dilakukan oleh Adnin Armas dan Ahmad Qadratu.
Menurut Adnin Armas, Direktur Eksekutif Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), ada banyak hal yang bisa dilakukan agar remaja Islam terhindar dari paham berbau liberal. Nanun pencegahan liberalisme paling awal dimulai dari diri sendiri. Yakni usaha untuk serius memperdalam ilmu Islam yang benar dan mengamalkannya secara istiqomah. Itulah cara paling mendasar yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang paham mengenai ancaman liberalisme terhadap Islam.
“Selagi masih muda, saya berharap ada gerakan internalisasi yang istiqomah dilakukan. Jadi berkumpullah berbagai individu untuk melalukan internalisasi diri, mulai dari jihad melawan hawa nafsu, mumpung masih muda itu juga utama untuk dilakukan. Menolak kesesatan dan kekeliruan itu penting, tapi juga tidak kalah penting untuk kita memperbaiki diri dan menjadi contoh bagi masyarakat,” ujarnya dalam acara diskusi bertajuk, “Islam Versus Liberal” yang diselenggarakan Youth Islamic Study Club (YISC) Al Azhar, Ahad, (18/03/2012) lalu.
Selain itu, pria yang merupakan salah satu anggota dari Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini juga mengatakan, agar kaum Muslim tidak mempercayakan dan menyandarkan masalah keilmuan Islam kepada orang yang belajar Islam pada kaum orientalis atau orang di luar Islam.
Sementara itu, Ahmad Qodratu mantan Ketua Umum YISC Al-Azhar periode Januari 2006 – 2007, yang pernah berpengalaman menangani kasus paham liberal punya cara pencehagan cukup menarik.
Untuk mengantisipasi ini, ia mendirikan Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (JPRMI). Melalui lembaga keilmuan ini, ia intensifkan dialog dan diskusi dengan menghadirkan pakar-pakar pemikiran.
“Jika seseorang menggunakan hermeneutika dan akal di atas al-Qur’an dan As Sunnah, maka dipastikan itu liberal, lalu kami hadirkan ustad-ustad yang memang memiliki kapasitas dalam memahami ilmu mengenai liberalisme ini,” ujarnya kepada hidayatullah.com.
Apapun pendapat nara-sumber ini, yang perlu dicatat adalah liberalisme adalah paham berbahaya yang menyerang pemikiran seseorang. Karena itu, cara bijak melawannya adalah dengan melakukan kajian, diskusi dan produk pemikiran penawarnya.*/thufail
Keterangan foto: Seorang tokoh liberal, Profesor studi Islam di Virginia Commonwealth University, Amina Wadud yang pernah membuat sensasi dengan menjadi imam Shalat Jumat dengan makmum 40 pria dan 60 wanita bercampur-aduk di Synod House, gereja Katedral St. John milik keuskupan di Manhattan, New York tahun 2005 yang dipuji media massa Amerika.