Hidayatullah.com—Pengadilan Mesir hari Senin (19/03/2012) membebaskan Muhammad Al Zawahiri, saudara laki-laki dari pemimpin Al Qaidah Ayman Al Zawahiri, dan membatalkan vonis mati dalam sebuah persidangan baru, kata pengacara sekaligus putranya kepada AFP.
“Alhamdulillah, dia terbukti tidak bersalah,” kata Abdulrahman, putra Al Zawahiri kepada AFP lewat sambungan telepon setelah putusan pengadilan ditetapkan.
Pengadilan juga menetapkan Muhammad Islambuly, yang saudara laki-lakinya membunuh presiden Mesir Anwar Sadat tahun 1981, tidak bersalah.
Muhammad Al Zawahiri dan Muhammad Islambuly didakwa merencanakan serangan.
“Kami berharap ia dibebaskan dalam beberapa hari ke depan,” kata Kamil Mandur, pengacara lainnya.
Pada tahun 1998, Zawahiri dan Islambuly dihukum penjara, dengan dakwaan melaksanakan pelatihan militer di Albania dan merencanakan serangan di Mesir.
Menurut Mandur, pengadilan juga membebaskan beberapa mantan anggota kelompok lainnya, termasuk Sayid Imam Fadl bekas pemimpin spiritual Jihad Islam Mesir dan mentor Ayman Al Zawahiri.
Namun Fadl, sama seperti tokoh lainnya yang dibebaskan, mengecam aksi kekerasan di akhir tahun 1990-an dan terlibat perang kata-kata lewat surat dengan Ayman Al Zawahiri yang isinya mengecam serangan Al Qaidah.
Islambuly pulang dari pengasingannya di Iran setelah rakyat menggulingkan Husni Mubarak pada tahun 2011. Demikian pula sejumlah tokoh kelompok Islam lainnya.
Menurut keterangan putra Al Zawahiri, tahun 2011 Amerika Serikat pernah meminta bantuan Mesir untuk mengidentifikasi tengkorak hangus yang ditemukan di gua-gua di pegunungan Torah Bora, Afghanistan, apakah ada yang merupakan sisa jasad Ayman Al Zawahiri. Amerika Serikat meminta Mesir menyerahkan contoh DNA dari Muhammad Al Zawahiri.
Di bawah rezim Husni Mubarak, tokoh dan anggota pergerakan Islam banyak yang dipenjarakan.
Kini, setelah Mubarak didepak dari kekuasaannya, mereka dibebaskan, termasuk pemimpin Jihad Islam Abud Al Zumur.
Mantan anggota Jamaah Al Islamiyyah juga ikut membentuk partai dan mendapat kursi di parlemen dalam pemilihan belum lama ini dan para anggotanya yang berada di luar negeri diminta kembali ke Mesir.*