Hidayatullah.com– Lebih dari 900 gempa mengguncang Tokara kurun dua pekan terakhir, mengakibatkan penghuni kepulauan terpencil berpenduduk jarang di bagian selatan Jepang itu khawatir dan senantiasa terjaga sepanjang malam.
Aktivitas seismik terpantau “sangat aktif” di perairan sekeliling Kepulauan Tokara sejak 21 Juni, kata pihak berwenang setelah gempa bermagnitudo 5,5 mengguncang kawasan itu pada hari Rabu (2/7/2025).
Sejauh ini belum ada laporan kerusakan dan peringatan tsunami yang diumumkan, tetapi warga setempat diminta mempersiapkan diri untuk dievakuasi bila diperlukan.
“Ngeri rasanya bahkan untuk terlelap sekejap,” kata seorang warga kepada penyiaran regional MBC. “Rasanya seperti selalu berguncang.”
Di masa lalu, Tokara pernah merasakan rentetan gempa tetapi ratusan guncangan yang beruntun seperti ini sangat tidak biasa, lapor media setempat seperti dilansir BBC.
“Anda dapat mendengar suara gemuruh aneh dari laut sebelum gempa terjadi, terutama di malam hari. Mengerikan,” kata Chizuko Arikawa penduduk Pulau Akusekijima kepada Asahi Shimbun.
“Semua orang kelelahan. Kami hanya ingin ini segera berakhir,” kata seorang wanita berusia 54 tahun yang tinggal di tepi pantai dan mengelola peternakan sapi bersama suaminya.
“Setelah begitu banyak gempa, sekarang rasanya tanah selalu berguncang meskipun sebenarnya tidak,” kata Isamu Sakamoto, 60 tahun, ketua asosiasi penduduk lokal di Akusekijima.
“Gempa dimulai dengan guncangan dari bawah, kemudian rumah bergoyang. Mual mau muntah rasanya,” cerita Sakamoto.
Di desa Toshima, sudah berhari-hari tidak tidur dan lelah, kata pihak berwenang, seraya mendesak media berhenti memberondong penduduk setempat dengan berbagai pertanyaan.
“Kami mohon supaya Anda bersikap bijaksana dan tidak mengajukan pertanyaan atau wawancara yang berlebihan,” tulis pemberitahuan di situs web desa Toshima.
Penginapan-penginapan di Kepulauan Tokara sudah berhenti menerima tamu disebabkan getaran gempa yang kerap terjadi, dan kemungkinan akan dipergunakan untuk tempat mengungsi warga setempat apabila terjadi bencana, tulis pengurus desa Toshima di laman webnya.
Sekitar 700 orang tinggal di tujuh dari 12 pulau di Tokara. Di pulau-pulau yang jauh tidak terdapat klinik atau rumah sakit. Dibutuhkan sedikit 6 jam dengan kapal feri untuk mencapai rumah sakit terdekat di ibu kota wilayah prefektur, Kagoshima.
Jepang terletak di lokasi yang disebut Pacific Ring of Fire, di mana banyak lempengan tektonik bertemu sehingga rawan terjadi gempa. Setiap tahun Jepang diguncang sekitar 1.500 gempa.
Rentetan getaran di Tokara terjadi ketika penduduk Jepang dihantui gempa besar akan mengguncang negeri mereka dalam waktu dekat.
Serial manga yang ditulis Ryo Tatsuki pada tahun 1999 ikut menambah ketegangan di masyarakat. Dalam edisi terbarunya yang dirilis pada 2021, kartunis wanita itu mengklaim bahwa gempa besar selanjutnya akan mengguncang Jepang pada 5 Juli tahun ini.
Spekulasi-spekulasi itu menghantui sebagian turis, dengan sejumlah media melaporkan banyak pembatalan rencana perjalanan wisata.
Kebanyakan gempa yang mengguncang Jepang sebenarnya tergolong ringan, tetapi memang ada beberapa yang menimbulkan kerusakan sangat besar, seperti yang terjadi pada 2011 yang memicu gelombang tsunami di bagian timur laut dan menewaskan lebih dari 18.000 jiwa.
Otoritas Jepang sendiri selama puluhan tahun khawatir akan “the big one”, mega gempa yang terjadi sekali dalam seratus tahun yang peringatan bahayanya tertancap dalam di benak banyak penduduk dewasa negeri itu. Skenario terburuk memperkirakan gempa dahsyat itu akan merenggut lebih dari 300.000 nyawa.*