Hidayatullah.com —Pernyataan Ketua Setara Institute Hendardi dinilai tak masuk akal yang menuding Polri sebagai biang keladi batalnya konser Lady Gaga di Indonesia karena tidak memberikan jaminan rasa aman berlangsungnya konser dan karena ditekan ormas-ormas radikal.
Sekjen Institute For Islamic Civilization Studies and Development (Inisiasi) Imam Nawawi, menilai sebutan ormas radikal oleh Setara bias pengertian dan tendensius karena kesannya ingin menyudutkan ormas Islam yang selama ini memang getol menolak konser tersebut.
Padahal kata Nawawi, nyatanya tak hanya ormas Islam yang menolak konser itu digelar. Sejumlah ormas nasional, tokoh, partai politik, dan masyarakat umum pun ikut bersuara keras menolak konser yang dinilai sarat propaganda satanisme itu.
“Pembatalan konser Lady Gaga bukan sebuah bentuk tekanan atau pembatasan berekspresi, ini lebih merupakan penegasan identitas mayoritas bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan,” kata Imam Nawawi kepada hidayatullah.com, Ahad (27/05/2012).
Dikatakan Nawawi, pihak pro Lady seharusnya tidak perlu bersikap semena-mena dengan menuding kelompok ini dan itu sebagai radikalis atau apapun. Sebab klaim itu justru menunjukkan ketidakdewasaan dalam berfikir dan cenderung intoleran terhadap kelompok yang berbeda yang justru mereka adalah suara mayoritas.
“Kan lucu teriak demokrasi tapi nggak demokratis. Pendeknya, belajarlah untuk santun dalam berfikir,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Promotor konser Lady Gaga, Big Daddy, mengatakan konser Lady Gaga yang akan digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta, 3 Juni dibatalkan. Kabar pembatalan tersebut baru diterima promotor Ahad (27/05/2012) pagi dari manajemen Lady Gaga.*