Hidayatullah.com–Majelis Ulama Indonesia (MUI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta umat Islam untuk mewaspadai perkembangan ideologi komunis, karena pengikutnya dinilai telah menyusup ke berbagai instansi pemerintah maupun organisasi masyarakat ormas.
Hal tersebut dikemukakan Sekretaris MUI DIY, KRT Drs. H. Ahmad Muhsin Kamaludiningrat pada Konferensi Ormas Islam DIY di Hotel Wisanti Yogyakarta.
Menurut Ahmad Muhsin, keberadaan salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang berani menulis buku “Aku Bangga Menjadi Anak PKI” merupakan contoh konkrit penyusupan yang berada di lembaga legislatif.
“Penulis buku itu bernama Ribka Ciptaning. Dia adalah putri Sucipto yang merupakan tokoh PKI di Sala. Bahkan, Ribka Ciptaning berani menyatakan bahwa PKI belum pernah membubarkan diri,” ungkapnya.
Keberanian generasi komunis saat ini menurut Ahmad Muhsin tidak lepas dari Orde Reformasi yang cenderung mengusung kebebasan tanpa batas. Bahkan, kelompok ini selalu berlindung di balik payung Hak Asasi Manusia (HAM) dalam setiap tindakannya.
“Saya justru khawatir kepada kalangan remaja dan mahasiswa, yang telah jadi sasaran empuk penyebaran ideologi komunis ini. Apalagi kalangan ini tidak pernah mengalami kekejaman komunis di masa lalu, baik di tahun 1928 maupun 1965,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi semakin berkembangnya ideologi ini, Ahmad Muhsin meminta pemerintah agar tidak lagi lalai dalam memproteksi masyarakatnya. Sebab menurutnya, dua kali PKI melakukan pemberontakan, dan dua kali itu pula pemerintah lalai.
“Jangan sampai terjadi pemberontakan PKI yang ketiga,” ungkapnya lagi.
Hal senada disampaikan Kepala Bidang Kesatuan Bangsa Badan Kesbanglinmas DIY, Drs. Rudiyanto, MM, yang menyebutkan indikasi bangkitnya ideologi komunis melalui upaya pelurusan sejarah kelompok kiri (komunis). Mereka ingin menciptakan opini bahwa peristiwa G30 S/ PKI merupakan konspirasi yang didalangi oleh Soeharto dan TNI Angkatan Darat.
“Distabilitas nasional dewasa ini tidak lepas dari peran kelompok radikal kiri untuk mempersiapkan kebangkitannya dengan memanfaatkan kondisi sosial politik, keamanan, dan ekonomi yang rapuh,” jelas Rusdi.
“Kondisi tersebut adalah lahan subur tumbuhnya komunisme,” tambahnya.
Rusdi juga meminta Ormas Islam DIY mewaspadai perkembangan paham ini di Yogyakarta yang notabene sebagai Kota Pelajar. Kota ini menurutnya tidak hanya melahirkan intelektual yang konstruktif, namun juga desktruktif. Kondisi tersebut diperparah oleh tingkat tolerasi masyarakat DIY relatif tinggi, sehingga berpotensi dimanfaatkan oleh kelompok kiri untuk mengembangkan ajarannya.
Sementara itu, acara yang diselenggarakan oleh Persaudaraan Dai Indonesia (Pos Dai) DIY ini direspon dengan antusias oleh sekitar 40 perwakilan Ormas DIY yang hadir pada konferensi ini. Umumnya mereka sepakat ideologi komunis ini harus diwaspadai pergerakannya, sehingga tidak memakan korban masyarakat DIY, khususnya generasi muda Islam.*/muh