Hidayatullah.com – Tantangan dakwah yang kian komplek harus dibarengi dengan kemampuan seorang dai yang mengerti medan dakwahnya. Manajemen dakwah juga diperlukan agar kerja dan tujuan dakwah dapat terukur dan terarah secara maksimal
Demikian disampaikan Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Jabar, Drs. KH.Bahrul Hayat,MA saat mengukuhkan Persatuan Harakah Dai (PHD) di Masjid Fatimah Azzahra Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung , Sabtu (20/07/2013) kemarin.
Lebih lanjut Bahrul mengatakan permasalahan umat dan tantangan dakwah tersebut bukan menjadikan dai mundur atau loyo namun justru harus dihadapi dengan semangat,kerja sama dan cerdas dalam berdakwah.
“Tumbuh dan berkembangnya aliran sesat serta digandrungi arus pemikiran liberal ditengah umat Islam bisa jadi kesalahan kita yang kendur semangat dakwahnya.Saatnya dakwah kita lakukan secara sistematis dan terorganisir dengan baik,agar dapat dievaluasi dan hasilnya terukur,”imbuhnya.
Untuk itu dengan dibentuknya PHD Dewan Da’wah tersebut,Bahrul berharap potensi setiap dai dapat tersalurkan secara maksimal.Ia juga berharap paradigma dai bukan sekedar ceramah di atas mimbar saja namun mampu mengcounter dan menjelaskan kepada umat tentang berbagai hal yang dapat merusak akidah. Sehingga umat terjaga tauhidnya dan beramal sesuai dengan tuntunan Rasulullah.
Sementara itu Sekretaris DDII Jabar, Muhammad Roinul Balad,S.Sos.I kepada hidayatullah.com menjelaskan bahwa dibentuknya PHD tersebut dalam rangka menyiapkan tenaga dai profesional untuk disebar diberbagai wilayah khususnya di Jabar.Ia menilai hingga saat ini belum ada yang fokus dalam membina umat.
“Sebagai contoh di Jabar sendiri Dewan Da’wah telah membangun 87 masjid,namun yang “menghidupkan” belum tersedia. Berdasarkan studi dan analisa kita,di Jabar ini saja sedikitnya dibutuhkan 700 tenaga dai.Itulah tantangan dan peluang kita,”ungkap Roin.
Ia menambahkan masifnya gerakan-gerakan sesat dan paham sekulerisme, pluralisme dan liberalisme bisa mengganggu akidah umat harus dibendung dengan langkah nyata. Langkah nyata menurut Roin adalah selain dengan pemikiran dan tulisan juga kerja lapangan membina umat secara langsung.
Program PHD, sambung Roin adalah pengawal akidah,penegak syariah dan perekat ukhuwwah. Sementara tahapannya meliputi pembekalan,sharing dakwah dan penguatan dakwah yang telah berjalan sebelumnya.Untuk peserta PHD tersebut Dewan Da’wah mengaku tidak membatasi diri artinya siapa saja bisa bergabung termasuk dari Ormas Islam atau gerakan dakwah lainnya.
Dewan Da’wah kan bukan ormas jadi siapa saja bisa ambil peranan dalam program ini.Kita siap bekerja sama dengan pihak lain termasuk ormas,karena pada prinsipnya program ini tidak akan mengganggu keradaan Ormas,”jelasnya.
Roin juga mengaku untuk tahap awal tersebut sudah bergabung 50 dai dalam wadah PHD. Sementara 40 dai yang lebih dulu disebar di wilayah Jabar rencananya juga akan ikut bergabung memperkuat barisan. Diharapkan dengan dibentuknya PHD tersebut mampu mengisi kekosongan tenaga dai dan mampu menjawab tantangan dakwah global dalam masyarakat.*