Hidayatullah.com–Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi menilai jurnalis Islam harus pandai mengemas dan menyusun opini-opini substansial yang mencerahkan. Jurnalis Islam harus bisa memberikan informasi yang solutif. Sebab menurutnya, kekurangan gerakan-gerakan Islam saat ini adalah pelaku yang terlalu pragmatis dan tidak strategis dalam menghadapi manuver kelompok kontra Islam, baik itu kum liberal maupun neo-komunisme.
“Pandai-pandailah menyampaikan ide-ide kita melalui sistem yang ada,” jelas Sekjen International Conference for Islamic Scholars (ICIS) ini kepada hidayatullah.com, Selasa (02/10/2012) dalam silahturahim dengan kalangan jurnalis Muslim yang tergabung dalam JITU.
Hasyim juga menilai, umat Islam jangan menjauh dari ‘sistem positif’ yang ada di Indonesia. Umat Islam justru harus bermain dalam sinergi dengan sistem yang ada di Indonesia. Jangan sampai sistem yang ada di Indonesia justru didominasi oleh kelompok liberal, neo komunisme dan orang-orang yang menjadi antek-antek asing.
“Jangan menggiring umat untuk dihadapkan kepada tembok,” jelasnya lagi.
Liberalisme dan Neo-Komunisme
Dalam acara silaturrahmi itu, ia juga menjelaskan peta gerakan politik di Indonesia saat ini. Menurutnya, saat ini liberalisme dan neo-komunisme sedang bersatu melawan nasionalisme (keindonesiaan, red) dan Islam. Karena itu umat Islam harus lebih cerdas dalam menanggapi semua isu baik politik dan budaya yang terjadi di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi. [baca: Liberalisme dan Neo Komunisme sedang Bersatu Melawan Nasionalisme dan Islam]
Menurut Hasyim, umat Islam di Indonesia sering dijadikan komoditas oleh kelompok kontra Islam sendiri. Bahkan dengan sengaja membuat marah hingga akhirnya marahnya umat Islam ini menjadi alat untuk menyerang dan merusak wajah Islam itu sendiri.*