Hidayatullah.com—Dalam hal bidang pendidikan umat Islam mengalami kemajuan yang sangat menakjubkan.Salah satunya di tandai dengan berkembangnya dan semakin diminatinya sekolah-sekolah Islam. Namun di satu sisi umat Islam sendiri mulai terjebak dan terjangkit penyakit sekolahisme dalam hal mencari ilmu atau masalah pendidikan.
Demikian penilaian Ketua Program Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor , Dr.Adian Husaini, MA yang disampaikan saat memberi ceramah silaturrahim warga Al-Irsyad Al-Islamiyah Kota Bandung, Ahad (01/09/2013).
Lebih lanjut Adian menjelaskan bahwa paham sekolahisme tersebut juga sama berbahaya dengan paham negatif lainnya.
“Sekolahisme ini berbahaya karena beranggapan bahwa sekolah adalah segalanya dalam mencari ilmu. Proses pendidikan seolah-olah hanya terjadi di bangku sekolah saja,yang tidak sekolah dianggap tidak berpendidikan,”jelasnya.
Umat Islam, sambung Adian, juga terjebak pada pendidikan formal semata.Hal itu menurutnya ditunjukan saat mengisi biodata pendidikan yang dimulai dari SD dan berhenti sampai S3 atau program doktoral saja, sehingga ada kesan mencari ilmu atau belajar berakhir pada gelar doktor semata. Padahal Islam sendiri telah mengajarkan bahwa mencari ilmu itu atau menuntut pendidikan itu sejak lahir hingga ajal menjemput.
Ia menilai kondisi demikian terjadi karena umat Islam sendiri sudah termakan pada pola pendidikan ala barat yang menekankan bahwa mencari ilmu itu harus melalui bangku sekolah.Namun demikian menurutnya dunia saat ini mengakui bahwa Islam mengalami kemajuan dalam hal pendidikan. Sementara dalam politik,ekonomi hingga sosial budaya masih mengalami babak belur.
Meski mengalami kemajuan,namun menurutnya dunia pendidikan Islam tengah menghadapi tantangan yang tidak kalah hebatnya.Sedikitnya Adian menyebut ada dua tantangan yang harus menjadi perhatian umat Islam.Pertama adalah berkembangnya paham materialisme dalam pendidikan Islam.
“Kemajuan sekolah Islam hanya dilihat dari megah gedungnya dan lengkap fasilitasnya.Demikiaan juga keberhasilan peserta didiknya hanya diukur dari diperolehnya angka-angka yang di tinggi, sementara aspek aqidah lurus tidaknya, moral atau akhlaknya masih dikesampingkan,” kritiknya.
Sementara tantangan yang kedua adalah pendidikan Islam juga mulai terjebak pada kurikulum sekuler. Hal ini menurut Adian ditandai dengan mulai menghilangnya jati diri dan karakter seorang Muslim, pola pergaulan antar peserta didik hingga pendangkalan aqidah peserta didik. Ia membandingkan pola pendidikan ala Nabi atau tradisi kepesantrenan jaman dulu yang mampu melahirkan ulama-ulama besar dalam berbagai bidang yang ditandai warisan ribuan buku yang menjadi rujukan ilmu pengetahuan hingga saat ini. [baca juga: Karakter Pendidikan Islam vs Pendidikan Barat]
Untuk itu Adian mengajak kepada umat Islam khususnya kalangan pendidik agar tantangan tersebut bukan dijadikan alasan kemunduran sekolah Islam, namun pendidikan Islam harus mampu meneguhkan jati diri seorang muslim. Sehingga akan melahirkan generasi muslim yang unggul dalah ipteknya,tangguh dalam menghadapi tantangan jaman serta mempunyai aqidah yang lurus.*