Hidayatullah.com– Kasus tema “Tuhan Membusuk” pada kegiatan Orientasi Akademik dan Cinta Almamater (OSCAAR) 2014 di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya diharapkan yang terakhir kalinya terjadi. Bagaimana mengantisipasi agar kasus serupa tidak terulang?
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur (Jatim) Ustadz Muhammad Yunus melontarkan sejumlah solusi. Pertama dan penting dilakukan, kata Yunus, pemerintah harus berperan aktif menindaklanjuti kasus tersebut. Terutama dengan merubah kurikulum atau silabus kurikulum di UINSA dan IAIN/UIN secara umum.
“Yang perlu dilakukan adalah pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk ikut membantu bagaimana membenahi, memperbaiki kurikulum yang ada di IAIN itu. Apa yang menyebabkan IAIN atau UINSA sekarang itu menjadi seperti itu,” ujarnya kepada hidayatullah.com belum lama ini.
Sebab, Yunus beralasan, kasus tema “Tuhan Membusuk” sifatnya sudah masuk ke wilayah-wilayah yang sangat penting. Yaitu terkait dengan pola pikir dan cara pandang para mahasiswa yang mengikuti pemikiran dan filsafat Yunani-Barat.
“Sumber-sumber keilmuan yang mereka (UINSA. Red) pakai sebagai metodologi itulah yang keliru. Sehingga untuk memperbaikinya adalah (mengganti kurikulum) itu yang menurut saya urgen untuk dilakukan,” terangnya di Jl Kejawan Putih Tambak, Surabaya, Jumat (05/09/2014).
Solusi kedua, tambah Yunus, pihak dekanat atau rekrorat memberikan pembinaan dan pentarbiyahan kepada para mahasiswa agar pemikirannya jangan sampai tersesat.
Solusi ketiga, tambahnya, setiap proposal kegiatan kemahasiswaan khususnya di UIN harus melalui sensor, baik dari pihak perguruan tinggi maupun mahasiswa selaku panitia pelaksana teknis. Misalnya dengan memperhatikan tema kegiatannya.
“Ruang publik sekarang ini memang sangat rentan. Apalagi di media sosial, ini bahaya. Mestinya teman-teman UINSA punya kecerdasan untuk bisa melihat situasi, apakah tema-tema yang dibikin itu menjadi kontroversi di masyarakat atau tidak. Mestinya ada semacam sensor bahwa ini berbahaya,” terangnya.
Selain itu, katanya, kasus pelecehan agama seperti tema “Tuhan Membusuk” harus dibawa ke ranah hukum agar menjadi pelajaran bagi siapa saja. Hingga kini proses hukum kasus tersebut terus berlangsung. Kasus serupa sudah sering terjadi di UINSA dan berbagai IAIN/UIN sebelumnya.*