Hidayatullah.com–Hendaknya setiap perguruan tinggi Islam melahirkan sarjana Muslim yang punya dedikasi dan kepedulian dakwah yang tinggi kepada umat. Bukan justru meresahkan atau merugikan umat Islam.
Demikian yang tersimpul pada pemaparan Dr. KH Didin Hafidhuddin, M.Sc dalam acara “Taaruf Mahasiswa Program Magister dan Doktor” di Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, Senin (22/09/2014).
Di hadapan ratusan mahasiswa baru Didin menghimbau setiap lulusan UIKA bisa menjadi qudwah (teladan) di tengah masyarakat. Sosok yang mampu tampil sebagai pengurai masalah, bukan justru penambah masalah di tengah problematika umat Islam kini.
“Tidak usah jadi doktor kalau hanya bikin masalah saja,” ungkap Didin yang menjabat Ketua Dekan Pasca Sarjana UIKA Bogor ini.
Dalam kesempatan tersebut, Didin mengkritisi beberapa doktor lulusan Barat yang justru dianggapnya hanya menggembosi perkembangan dakwah.
Karena itu, Didin mengaku secara khusus pernah meminta kepada Maftuh Basyuni, Menteri Agama saat itu, agar tidak lagi mengirim dosen-dosen menimba ilmu agama di Amerika atau Eropa.
“Kalau belajar metodologi, silakan. Tapi bukan belajar ilmu tafsir atau hadits di sana,” ucap Didin memberi saran.
Sejak itu, menurutnya, pemerintah tak lagi mengirim dosen belajar studi Islam ke Barat. Meski diakui, pengiriman itu tetap ada tapi lewat jalur swasta, bukan lagi melalui Departemen Agama.
Berbanding Lurus dengan Adab Mulia
Menurut Didin, cendekiawan Muslim itu harus menyadari bahwa ilmu sangat erat kaitannya dengan keimanan seseorang kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Sebagaimana ilmu juga harus berbanding lurus dengan adab serta akhlak yang mulia. Olehnya, masih menurut Didin, fakultas yang dipimpinnya senantiasa bergerak di atas motto; Iman (faith), Ilmu (knowledge), dan Akhlak (morality).
“Kami menyebutnya sebagai segitiga emas. Ketiga hal ini harus senantiasa masuk dalam struktur kepribadian seorang Muslim, masuk dalam cara berfikir, serta terintegrasi dalam setiap amalan yang dilakukan,” terangnya mengurai.
Didin juga menekankan pentingnya cara pandang yang benar (Islamic world view) bagi seorang Muslim. Sebab persoalan bangsa ini tak berdiri sendiri seperti yang banyak diduga. Masalah pendidikan misalnya, contoh Didin. Hal tersebut tak bisa selesai hanya dengan mendalami teori-teori pendidikan atau sekedar melahirkan pakar-pakar pendidikan.
Sebab pendidikan juga erat terkait dengan lingkungan yang benar dan pembinaan akhlak.
“Jangan ada yang berfikir secara parsial. Sebab Islam tak pernah memisahkan antara ilmu dengan iman atau ilmu dengan akhlak,” tegas Didin yang biasa disapa “Pak Kiai” oleh para mahasiswanya.
Acara taaruf yang digelar di Aula lantai III Prof Abdullah Shiddiq UIKA ini secara resmi dibuka oleh Dr. Ruhendra, Wakil Rektor UIKA Bidang Akademik.
Untuk diketahui, Universitas Ibnu Khaldun Bogor saat ini tergolong sebagai salah kampus yang menerapkan “Islamisasi Kampus”. Berbagai aturan diupayakan terus disosialisasikan kepada seluruh mahasiswa. Mulai dari pendekatan akhlak kepada sesama mahasiswa dan kepada dosen hingga adanya rambu-rambu yang mengingatkan kewajiban shalat berjamaah di masjid dan menjaga hijab antara laki-laki dan wanita.*