Hidayatullah.com–Kehadiran jurnalis investigasi asal Amerika, Allan Nairn, yang baru saja mendatangi Komnas HAM guna melaporkan dugaan pelanggaran HAM mantan Kepala Badan Intelijen Negara A.M. Hendropriyono dinilai ada misi politik yang mau dibidik.
Demikian pernyataan yang disampaikan Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya.
Menurut Harist, pesan yang ingin disampaikan pada publik bahwa masyarakat tidak menginginkan kepala Badan Intelejen Nasional (BIN) yang akan diganti, jatuh ke tangan orang-orang yang pro dengan Hendropriyono.
Sebab jika hal itu terjadi efeknya adalah dikhawatirkan kasus-kasus yang terkait dengan Hendropriyono seperti kasus Talangsari dan kasus aktifis HAM Munir tidak ada tindak lanjut bahkan bisa jadi akan ditutup oleh pemerintah, demikian disampaikan Harist kepada hidayatullah.com Selasa (04/11/2014).
Namun, menurut Harist, kelihatannya langkah itu akan mencapai jalan buntu sebab posisi Hendropriyono saat sangat kuat dan dekat dengan Megawati. Bahkan Hendropriyono juga punya banyak pengaruh yang kuat dalam pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) saat ini.
Seperti diketahui, Komisi Nasional Hak Asasi dan Manusia (Komnas HAM) hari Senin (3/11/2014) telah mengundang Allan Nairn, jurnalis investigasi asal Amerika Serikat, untuk menceritakan informasi yang dimilikinya terkait dugaan pelanggaran HAM mantan Kepala BIN AM Hendropriyono.
Nama Allan mencuat karena pernah merilis wawancaranya dengan Prabowo Subianto beberapa waktu lalu. Belakangan di dalam blog pribadinya, dia juga merilis hasil wawancaranya dengan Hendropriyono tentang kematian pejuang hak asasi manusia Munir, peristiwa Talang Sari, peristiwa kerusuhan massal saat referendum Timor Timur pada 1999, dan kedekatannya dengan badan intelijen Amerika Serikat, CIA.
Dalam wawancara Allan dengan Hendropriyono pekan lalu, Hendropriyono mengaku bertanggung jawab secara komando atas pembunuhan Munir.
“Bekerja sama dengan agen rahasia Amerika, CIA. “(Juga) melalui unit intelijen Indonesia, BIN,” tutur Allan dikutip laman Tempo.
Anggota Komnas HAM, Nur Kholis mengaku mengundang Allan guna mendapatkan informasi mengenai pelanggaran HAM masa lalu yang hingga kini belum usai.
“Ini sangat penting untuk menuntaskan pelanggaran berat masa lalu,” ujarnya kepada wartawan di kantornya.*