Hidayatullah.com– Peneliti Syiah, Farid Ahmad Okbah mengatakan dengan mengkampanyekan nikah mut’ah melalui tayangan Film Televisi (FTV) religi, pihak MNC TV sama saja telah membuka jalan dan tanpa disadari mengajari masyarakat untuk melakukan nikah mut’ah.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Rabu, 17 Juni 2015 MNC TV menayangkan Film Televisi (FTV) berjudul “Dia Tetap Ibuku” yang ditayangkan Pukul 09: 30 WIB. Dalam tayangan film tersebut nikah mut’ah dianggap sebagai suatu tindakan yang dibolehkan dengan syarat tertentu.
“Padahal nikah mut’ah itu justru perilaku menyimpang, tidak sesuai dengan syariat Islam karena diharamkan bahkan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawainan,” kata Farid saat dihubungi hidayatullah.com, Selasa (23/06/2015).
Jika penyimpangan seperti itu mendapatkan porsi di media nasional, maka masih menurut Farid, itu akan menjadi indikasi kerusakan yang luar biasa di Indonesia. Sebab, lanjutnya, pengaruh media massa itu sangat luar biasa kepada masyarakat.
“95 persen masyarakat kita itu dasarnya suka nonton. Nah, kalau yang ditonton acara tidak mendidik seperti itu lalu jadi tuntunan bagi mereka, maka akan banyak perilaku menyimpang di negeri ini,” cetus Farid.
Supaya kasus tersebut tidak terulang lagi, ungkap Farid, maka umat Islam harus menyikapi kasus ini dengan tegas. Dan setidaknya Majelis Ulama Indoensia (MUI) bisa melakukan monitoring dan filtering tayangan bekerjasama dengan bagian sensor Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
“Karena masyarakat Indonesia itu mayoritas Muslim, kalau norma-norma keagamaan tidak begitu diperhatikan, terus apakah mereka cuma ingin memperhatikan aturan-aturan normatif saja yang mereka buat sendiri, lalu agama tidak mendapatkan perhatian,” tegas Farid.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Karena itu, selain umat Islam terus melakukan penekanan kepada bagian filtering KPI supaya tidak meloloskan kembali tayangan film yang seperti itu. Farid juga berharap bagian filtering KPI bisa lebih mawas diri.
“Mungkin bisa saja ada ketledoran dalam bagian filtering KPI atau memang bisa juga dalam tubuh KPI sudah tersusupi orang-orang yang suka mengkampanyekan nikah mut’ah (kelompok Syiah,red),” pungkas Farid.*