Hidayatullah.com-Pada Jumat, 4 November pekan ini, insya Allah akan digelar “Aksi Bela Islam II” atau “Aksi Bela Qur’an” di Jakarta.
Perlu diingat dan ketahui oleh masyarakat, khususnya yang akan ikut aksi, bahwa aksi tersebut di bawah koordinasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI).
Pada Senin (31/10/2016) pagi-siang, GNPF MUI menggelar pertemuan khusus di Markas Front Pembela Islam (FPI), Jl Petamburan III, Jakarta Barat terkait aksi 4 November.
Pertemuan ini dihadiri para tokoh dan penggerak GNPF MUI, antara lain Habib Rizieq Shihab selaku Pembina, KH Bachtiar Nasir selaku Ketua, serta puluhan tokoh masyarakat, perwakilan ormas dan pergerakan yang mendukung aksi tersebut.
Ketua GNPF MUI, Bachtiar Nasir, sebelumnya mengimbau agar umat Islam menggelar aksi 4 November secara terpusat di Jakarta.
“Kami instruksikan supaya daerah tidak buat aksi serupa, fokus di Jakarta saja,” ujarnya kepada hidayatullah.com di Majid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (27/10/2016).
GNPF-MUI Imbau Umat Islam Gelar Aksi 4 November Terpusat di Jakarta
Diketahui, aksi besar-besaran tersebut digelar dalam rangka mendesak kepolisian segera memproses hukum Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Desakan itu atas kasus Ahok yang dinilai telah menghina al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 51.
GNPF MUI menargetkan minimal sebanyak 100 ribu massa akan menuju Istana Negara di Jakarta Pusat pada 4 November nanti.
Adapun hasil pertemuan GNPF MUI di markas FPI itu rencanaya akan disampaikan dalam konferensi pers besok, Selasa (31/10/2016). Tempat dan waktunya disampaikan kemudian.
Untuk diketahui, GNPF MUI tidak berafiliasi dengan MUI. Gerakan ini lahir setelah MUI mengeluarkan pendapat bahwa pernyataan Ahok soal Al-Maidah itu sebagai penghinaan atas al-Qur’an.
Umat Diimbau Bersatu
Sebelumnya, di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (29/10/2016), Bachtiar Nasir menyerukan umat Islam agar bersatu dalam aksi ini.
Ia mengatakan, persatuan umat hanya bisa tercipta jika ada musuh bersama di depan. Teori ini berlaku juga bagi negara-negara di dunia dengan menciptakan konspirasi global. Kemudian mereka membangun musuh bersama lalu menarik negara-negara sekutu untuk perang.
Cukup banyak contoh mengenai hal ini khususnya yang dialami negara-negara di Timur Tengah, jelas Sekjen MIUMI ini.
“Seperti bersatunya asing dan aseng di Indonesia saat ini. Rakyat kecil digusur, kehilangan pekerjaan, pengangguran menganga, dan kemiskinan menjadi ancaman besar,” ungkapnya sebagaimana salinan materi ceramahnya diterima hidayatullah.com, Ahad (30/10/2016).
Ia mengatakan, umat Islam juga cepat bersatu jika yang dihadapi adalah musuh bersama. Namun, Islam tidak dibenarkan menciptakan musuh, tidak dibenarkan menebar kebencian.
Aksi 4 November, Bachtiar Nasir: Hati-hati Tuduhan Kaum Munafiq
“Islam adalah agama damai, rahmatan lil’alamin. Tapi dalam kegelapan, jangan takut menyalakan cahaya,” pesannya.*