Hidayatullah.com– KH Bachtiar Nasir menyampaikan sejumlah imbauannya terkait aksi besar-besaran mendesak proses hukum atas Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Jakarta, Jumat (04/11/2016) pekan depan.
“Hati-hatilah dengan tuduhan-tuduhan kaum munafiq,” imbaunya dalam sebuah acara bertema “Sinergitas Ukhuwah Islamiyah Menuju Indonesia Madani” di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (29/10/2016).
Sekarang ini, kata Bachtiar, muncul tuduhan bahwa aksi “Aksi Bela Qur’an 4 November 2016” itu didanai Rp 100 miliar.
“Kecil sekali duit Rp 100 miliar untuk mendatangkan ribuan orang ke Jakarta dari berbagai daerah,” ujar Ketua Gerakan Nasional Pendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) ini.
Diberitakan hidayatullah.com sebelumnya, Bachtiar memperkirakan aksi 4 November nanti akan diikuti ratusan ribu massa.
GNPF-MUI Imbau Umat Islam Gelar Aksi 4 November Terpusat di Jakarta
Memang, kata dia di Purwokerto, ada informasi akan datang ribuan umat Islam dari Surabaya, Kalimantan, Lombok, Medan, Makassar, dan lainnya.
“Tapi siapa yang membiayai? Yang benar mereka akan datang sendiri-sendiri dengan ongkos sendiri. Begitulah jika Allah hendak menyatukan kita,” ungkapnya sebagaimana salinan materi ceramahnya diterima hidayatullah.com, Ahad (30/10/2016).
Tuduhan Politisasi
Sekjen MIUMI ini mengatakan, aksi damai itu lagi-lagi dituduh sebagai politisasi. Terutama dikaitkan dengan agenda Pilkada DKI Jakarta 2017.
“Salah jika letupan Al-Maidah:51 dan desakan tangkap Ahok dimaknai sebagai politisasi. Yang benar, kemarahan umat terjadi akibat penistaan al-Qur’an,” ujarnya.
Ia mengatakan, gerakan yang semula tak terkoordinasi ini menjadi letupan dan gelombang aksi yang tidak bisa diremehkan.
“Hampir semua daerah sudah bergerak mendesak Ahok segera diproses hukum karena menistakan al-Quran Surat Al-Maidah:51,” ungkapnya.
Siapa yang mempersatukan umat Islam? Tanya dia kepada para peserta acara.
“Yakinkah, hanya Allah yang bisa menyatukan hati manusia. Yakinlah, tidak ada yang sulit bagi Allah,” jawabnya.
“Inilah isyarat dari Allah untuk mempersatukan umat dengan adanya musuh bersama,” ujarnya juga.
Umat Tak Bisa Diam
Bachtiar menjelaskan, keberpihakan pada kebenaran adalah wajib. Jika ada yang berani menistakan Islam, berani menghina al-Qur’an, ulama diremehkan, maka umat Islam tidak bisa diam.
“Itulah yang menggelorakan aksi umat Islam di banyak daerah akibat penistaan Al-Maidah 51 oleh Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pulau Seribu,” ujarnya.
‘Jumat Kemarahan’, Umat Islam di Berbagai Kota Ingin Polisi Tangkap Ahok
Ia mengingatkan bahwa kebenaran harus ditampakkan di tengah kebatilan.
“Kalau kalian berada di tengah kegelapan, nyalakanlah cahaya, maka gelap pun akan hilang. Rumus itu begitu simpel kalau kita baca al-Qur’an,” ungkapnya.
Selain itu, ia berpendapat, kasus dugaan penistaan Al-Maidah ayat 51 bukan sekadar keseleo lidah.
“Tapi memang ada kebencian yang tersimpan dalam dada penistanya sehingga al-Qur’an dihina,” ujarnya.*