Hidayatullah.com– Grup perusahaan energi dan petrokimia global Shell mengakui dukungannya atas komunitas ‘lesbian, gay, biseksual, dan transgender’ (LGBT). Shell mengakui, di perusahaannya terdapat komunitas karyawan dari kalangan LGBT.
Shell mengakui, karyawan merupakan prioritas utama. Di seluruh bagian organisasi terdapat sejumlah kelompok sosial dan jaringan pendukung yang dibentuk untuk mempertemukan tenaga kerja Shell yang beragam.
“Di sini kita akan membahas empat di antara jaringan tersebut –Jaringan Wanita di Shell (WN@S), Jaringan enABLE bagi karyawan dengan disabilitas, Jaringan Afrika Shell, dan Jaringan LGBT– serta dampak yang diberikan semuanya dalam membentuk budaya keberagaman dan inklusi di Shell,” tulis Shell pada laman resminya khusus Shell Indonesia, berdasarkan pantauan hidayatullah.com, Selasa (17/10/2017).
Baca: Netizen Ajak Boikot Shell karena Dianggap Mendukung LGBT
Dalam penjelasan selanjutnya, disebutkan, “Jaringan LBGT Shell dibentuk untuk membantu rekan kerja yang lesbian, gay, biseksual, dan transgender untuk menjadi diri mereka sendiri, dan meraih potensi penuh dalam lingkungan kerja yang mendukung sepenuhnya.”
James Gaubert memulai sebagai sukarelawan di Jaringan LGBT Inggris pada tahun 2011. “Singkat kata saya bergabung untuk membantu membuat perbedaan. Saya ingin mencurahkan waktu dan energi saya untuk memastikan Shell agar tetap beragam dan inklusif,” kutip shell.co.id.
Pada bulan Juli 2015, Shell menjadi perusahaan pertama di Afrika Selatan yang membentuk jaringan karyawan LGBT, yang menandai langkah signifikan dalam mempromosikan kesetaraan di tempat kerja di seluruh negeri.
Kiprahnya disebutkan tidak terbatas dalam organisasi saja: jaringan ini juga merupakan anggota InterEnergy, suatu inisiatif yang memberikan peluang membangun jaringan dan pembelajaran bagi profesional LGBT di seluruh Inggris.
“Jaringan LGBT adalah duta Shell dan kami ingin menunjukkan kepada pihak luar bahwa organisasi benar-benar menghargai keberagaman karyawannya,” urai James.
Baca: Sikapi LGBT, Ketua Bidang Ekonomi Muhammadiyah Serukan Boikot Starbucks
Berbagai jaringan yang ada di Shell menunjukkan komitmen global kami dalam menciptakan budaya kerja yang beragam dan inklusif dimana setiap karyawan kami dapat mewujudkan karier yang pantas bagi mereka.
Beberapa waktu lalu, akibat CEO Starbucks, Howard Schultz, menyatakan dukungannya atas LGBT, mencuat gerakan kampanye boikot atas produk-produk Starbucks. Gerakan kampanye produk ini sampai juga ke Indonesia. Sementara kampanye boikot atas Shell karena mendukung LGBT juga disuarakan oleh warganet/netizen.*