Hidayatullah.com–Belum reda tangisan saudara-saudara kita di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) akibat gempa Tsunami, sejumlah kelompok yang ditengarai sebuah jaringan mafia sedang berkeliaran di tempat pengungsian dan pos-pos penampungan. Mereka diduga sedang mengincar anak-anak korban musibah Aceh yang kini telah kehilangan ayah-ibu dan sanak-keluarganya.
Isu ini mencuat setelah Raja, salah satu dari sekian banyak anak yang menjadi korban keganasan Tsunami dimuat SCTV Minggu, (2/1) kemarin. Raja, tiba-tiba menjadi rebutan antara pengurus ‘Aceh Sepakat’ yang mengurusi kedatangan warga Aceh di Medan dan orang yang mengaku sebagai keluarganya. Rebutan anak ini berhasil diredam oleh satuan tugas dari TNI Angkatan Udara yang segera menyelamatkan Raja.
Raja yang kehilangan kedua orang tua dan adiknya kemudian dibawa ke Rumah Sakit Adam Malik Medan, untuk mendapat perawatan. Selain menderita luka memar, kondisi Raja juga sangat lemah akibat kurang makan setelah gempa dan badai Tsunami. Bocah yang terakhir tinggal di Desa Merduadi, Lorong Cempaka, Aceh Kota, ini selamat dari amukan Tsunami karena tersangkut di pohon.
Menurut petugas Pos Koordinasi Pengungsi ‘Aceh Sepakat’, pihaknya mempertahankan Raja karena sudah 60 anak hilang dari posko. Diduga mereka dibawa atau diculik oleh orang yang mengaku keluarganya. Modus seperti ini sangat mungkin terjadi karena banyaknya orang yang mengaku mencari anggota keluarganya.
Peristiwa terbaru ini tak urung dikeluhkan berbagai pihak. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora), Adhyaksa Dault, kepada wartawan saat menghadiri acara Festival Nasyid untuk Aceh di Stadion Tenis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu (2/1) petang mengatakan, pihak pemerintah perlu melakukan langkah serius untuk melindungi anak-anak korban bencana Alam dari mafia perdagangan.
Menteri Sosial (Mensos) Bachtial Chamsyah bahkan mengatakan setiap orang yang ingin mengadopsi anak Aceh harus atas persetujuan Menteri Sosial atau Dinas Sosial. Lebih jauh, untuk sementara, menurut Mensos, pengadopsi anak Aceh haruslah orang Aceh sendiri.
“Tapi ini bukan harga mati, “ujar Mensos kepada para wartawan di Pos Penannggulangan Bencana Alam Sumut Banda Aceh di Pangkalangan TNI AU, medan (2/1) kemarin.
Untuk melindungi nasib anak-anak ini, Mensos Bachtiar Chamsyah, minta aparat kepolisian untuk menangkap orang-orang yang kedapatan memperjual-belikan anak korban bencana di Aceh. “Untuk itu saya minta pihak kepolisian untuk menangkap orang yang memperjual-belikan anak khususnya anak-anak korban bencana alam di NAD yang sudah tidak memiliki orang tua dan saudara lagi, “ ujar Mensos.
Untuk itu, untuk melindungi anak-anak Aceh, pihak Mensos kini bekerjasama dengan LSM ‘Aceh Sepakat’ melakukan penampungan anak-anak di Medan. Untuk sementara, mereka kini ditampung di penampungan Panti Asuhan Jalan Pancing Medan.
Ke Jakarta
Sementara itu, kemarin Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) melaporkan 70 orang anak-anak korban bencana Aceh akan dirujuk ke Jakarta untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut. Mereka akan dirawat di beberapa rumah sakit seperti RSPAD Gatot Subroto, RS Islam Jakarta Utara, RS Islam Jakarta, RS Islam Pondok Kopi, RS Ridwan Meireksa, RS Pondok Indah dan RS Metropolitan Medical center (MMC). Hingga berita ini diturunkan anak-anak korban bencana Aceh tersebut belum mendarat di Jakarta.
“Kami belum mendapat kabar lagi apakah mereka sudah diterbangkan dari Aceh. Kita di Jakarta siap memberikan pertolongan medis untuk mereka,” terang Dr. Robert Imam Sutedja, Ketua Kompartemen Umum dan Humas PERSI pada Indopos Minggu (2/1).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Selain melalui PERSI, hari Minggu ini sekitar 100 anak akan tiba di Jakarta dan langsung ditampung di Yayasan Fajar Hidayah, Kota Wisata Cibubur. Namun hingga pukul 20.00 WIB Minggu malam, pihak Yayasan mengaku masih menunggu kedatangannya. “Ya kami sedang menunggunya, “ ujar Ny. Draga Rangkuti saat dihubungi Hidayatullah.com melalui telepon. Menurut Rangkuti, untuk masalah ini, pihaknya telah bekerjasama dengan Mer-C, Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), dan PKS.
Kabarnya, hingga kini masih ada sekitar 300 anak-anak korban Aceh yang masih terkatung-katung di pos penampungan di Medan.
Mencermati keadaan terbaru ini, Sekretaris Umum (Sekum) Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) Hussein Umar menghimbau berbagai organisasi Islam untuk bekerjasama dan berkoordinasi mengantisipasi keadaan ini. “Rencananya, Senin besuk kami akan rapat masalah itu, “ ujarnya pada Hidayatullah.com. (dtc/kcm/sctv/els/ant/cha)