Hidayatullah.com– Musim kemarau yang berlangsung lama tidak hanya menyebabkan kekeringan, tetapi juga berdampak pada kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah. Bencana kabut asap pun tak terhindarkan. Berbagai pihak berjibaku menanggulangi bencana itu, baik dari pemerintah, maupun swasta, termasuk para relawan.
Begitu pula yang dilakukan pria paruh baya bernama Asep Solihin ini. Asep merupakan salah seorang relawan di Riau. Ia asli Garut, Jawa Barat, namun telah 11 tahun merantau di provinsi tersebut.
Sudah beberapa waktu ini, sejak asap pekat menyelimuti Riau, ia dan warga lain tak bisa beraktivitas dengan tenang. Bisa jadi, bencana asap ini jadi terparah setelah 2015 lalu Riau terkena masalah yang sama.
“Sejak Senin (16/09/2019), kabut asap cenderung bertambah pekat, bahkan di siang hari. Libur sekolah pun terancam diperpanjang lantaran asap tak kunjung hilang. Kiri kanan, tetangga banyak yang menderita ISPA,” katanya.
Baca: Gubernur Anies Bantu Tangani Karhutla Riau, Kirim 65 Petugas
Asep tak berdiam diri. Ia menjadi relawan dan membagikan 400 masker N95 untuk masyarakat. Karena tak punya motor, Asep menggunakan sepedanya berkeliling desa Lubuk Kerapat, Rokan Hulu, Riau.
Dari sekolah ke sekolah, ia membagikan masker dan selebaran tentang cara menggunakan masker ini yang ideal digunakan saat terpapar asap kebakaran. Asep mengaku bersemangat sekali meski hanya bermodal sepeda.
“Sebab saya ingin membantu sesama,” katanya dalam siaran pers Sinergi Foundation kepada hidayatullah.com, Rabu (18/09/2019). Asep pun sengaja membaginya ke para pelajar. Karena di usia yang masih belia, menurutnya daya tahan tubuh mereka lebih rentan terpapar ISPA atau gangguan penafasan.
“Kalau membaginya ke sekolah-sekolah, kita juga membantu proses belajar-mengajar di sana. Mereka belajar dengan tenang, tanpa harus terganggu asap,” kata Asep, relawan yayasan tersebut.
Baca: Komisi IV DPR sebut 90 Persen Karhutla Sengaja Dibakar
Asep pun berharap, bencana asap ini segera terselesaikan dan tertanggulangi, agar masyarakat bisa kembali beraktivitas normal.
Untuk mengurangi dampak kabut asap yang memburuk, Sinergi Foundation telah menyalurkan 2.962 bantuan berupa masker N95 ke sejumlah wilayah di Riau.
Di antaranya daerah Rokan Hulu seperti Rambah Hilir, dan daerah Siak di kecamatan Sungai Apit dan Sabak Auh. Selain bantuan masker, yayasan itu menyebarkan selebaran dan menyosialisasikan pentingnya menggunakan masker N95 di luar rumah.
Sementara itu, lembaga lainnya, termasuk Rumah Zakat melakukan tindakan untuk membantu korban asap yang berada di enam provinsi.
Selain ikut serta memadamkan api beserta petugas lainnya, lembaga ini menyediakan pos darurat kabut asap, ambulans, dan tim medis untuk di lima kota, yaitu Pekanbaru, Pontianak, Palembang, Medan, dan Batam.
Adapun layanan yang diberikan adalah ruang steril asap, masker berkualitas, pemeriksaan kesehatan dan obat-obatan.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Sabtu (14/09/2019), karhutla telah terjadi di beberpa wilayah provinsi di Indonesia. Namun, wilayah terparah dialami oleh enam provinsi, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Jambi, dan Riau.
Di Kalimantan Barat terdapat 431 titik panas, Kalimantan Tengah 1.651 titik panas, Kalimantan Selatan 279 titik panas, Sumatera Selatan 367 titik panas, Jambi 287 titik panas sedangkan di Riau terdapat 372 titik panas.
Baca: Pemuda Muhammadiyah: Pemerintah Belum Serius Merespons Bencana Asap
Semakin banyak titik api akan menyebabkan kabut asap semakin pekat, sehingga kualitas udara menjadi buruk, bahkan berbahaya.
“Kami akan terus berupaya memberikan penanganan terbaik bagi masyarakat yang terpapar asap. Penanggulangan bencana ini bukan hanya pemerintah yang bertanggung jawab, tapi kita juga mempunyai kewajiban untuk memberikan solusi atas bencana asap yang terjadi ini,” kata Murni Alit Baginda, Chief Program Officer Rumah Zakat.*