Hidayatullah.com – Angka kekerasan dalam rumah tangga yang semakin meningkat dari waktu ke waktu membuat keprihatinan yang mendalam. Upaya penyelesaian yang seringkali berakhir secara hukum cenderung melahirkan masalah baru serta membuat akar masalah yang sesungguhnya menjadi tidak teratasi dengan baik.
Upaya penyelesaian yang cenderung menghindari langkah non litigasi seringkali dilatarbelakangi oleh minimnya jumlah konsuler yang tersedia dalam permasalahan kekerasan yang melibatkan anak dan perempuan.
Hal ini mendorong ibu-ibu dan remaja yang tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bunda dan Buah Hati (B2H) yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah, untuk melaksanakan kegiatan Training Konsultan Remaja Batch 1, Ahad (02/02/2020) di Hotel Candi Indah, Semarang.
Training tersebut diikuti oleh 47 peserta yang terdiri atas ibu–ibu, bapak–bapak serta remaja putri dan putra.
Training yang dilaksanakan setengah hari tersebut menghadirkan 2 (dua) Narasumber yang berpengalaman dalam bidang perempuan dan anak.
Narasumber pertama menghadirkan Vida Rabiah Al’Adawiyah, SH, Konsuler dan Pendiri KPPA Benih yang menyampaikan materi tentang Menjadi Konselor Remaja: Teman Curhat Sedekat Sahabat.
Dini Inayati, ST, associate partner PATTIRO pembicara kedua yang menyampaikan materi tentang Negara dan Keluarga.
Pada materi pertama, Vida mengajak peserta untuk mengenali dan peduli terhadap permasalahan remaja, karakteristik remaja masa kini serta trik menjadi konsuler dalam mendampingi remaja menyelesaikan permasalahannya.
“Seorang Konsuler dalam mendampingi permasalahan remaja diharapkan memiliki kemampuan Look (Lihat dan perhatikan), Listen (Mendengarkan) dan Link (Menghubungkan dengan pihak yang ahli),” jelas Vida.
Sedangkan Dini Inayati menyampaikan substansi penting dari Undang–Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Pembangunan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2018.
“Salah satu masalah dalam ketahanan keluarga adalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang merupakan fenomena gunung es. Hal ini disebabkan karena KDRT juga berkaitan erat dengan budaya keterbukaan dari masyarakat,” terang Dini.
Oleh karena itu, lanjut Dini, KDRT membutuhkan penanganan yang khusus dan spesifik. Sehingga peran masyarakat untuk terlibat menjadi Satgas PPA adalah sangat penting.
Akhir kegiatan training tersebut ditutup dengan ikrar bersama seluruh peserta untuk ikut berpartisipasi dalam upaya membangun Ketahanan Keluarga dengan bersedia menjadi relawan Konsuler. */ Anis