Hidayatullah.com- Komisioner Komnas HAM Dr. Manager Nasution mencurigai insiden menari di atas karpet shalat atau beralas sajadah bukanlah suatu hal yang kebetulan.
“Ada baiknya Menteri Agama (Menag), sebagai organisasi vertikal, melakukan investigasi kasus tersebut. Kemudian menjelaskan secara terbuka kepada publik, apakah tidak ada karpet lain atau tikar di Kanwil Kemenag DKI Jakarta? Kenapa harus karpet shalat yang jelas-jelas visualnya untuk ibadah? Apakah ini benar faktor kebetulan?” ujar Manager dalam siaran persnya yang diterima hidayatullah.com, Selasa (05/12/2015).
Menurutnya argumen faktor kebetulan seperti yang disampaikan pihak Kanwil Kemenag DKI Jakarta itu agaknya sulit diterima nalar sehat publik, apalagi pada acara sekaliber HUT di Kemenag DKI Jakarta.
“Sekali lagi Menteri Agama sebaiknya menjelaskan secara terbuka ke publik. Apalagi banyak sekali faktor kebetulan sepanjang 2015 dan awal 2016 seperti al-Quran dinyanyikan dengan langgam Jawa di Istana Presiden, kumandang adzan mengiringi lagu gereja dalam perayaan acara Natal Nasional 2015 yang dihadiri oleh Presiden Jokowi dan Menag Lukman, al-Quran dibuat untuk bahan terompet Tahun Baru dan kali ini, sajadah shalat buat alas menari,” tegas Manager.
“Masihkah faktor kebetulan itu dapat diterima nalar sehat publik?” tanya Manager.
Menurut Manager Menag dan Kakanwil Kemenag DKI Jakarta tentu paham bahwa salah satu substansi HAM yang paling elementer itu adalah respect, yaitu menyelami dan menghormati perasaan serta simbol keyakinan dan identitas kultural publik.
“Bangsa ini mulai defisit respect,” kata Manager.
Karena itu, dikatakan Manager, publik mengapresiasi Menag dan Kakanwil Kemenag DKI Jakarta yang sudah meminta maaf. Di samping itu publik juga berharap Menag menginvestigasi kasus itu secara tuntas dan memberi punishment kepada yang bertanggung jawab.
“Dan juga yang terpenting menjamin tidak akan terulangnya kasus-kasus seperti itu di masa yang akan datang (guarantees of nonrecurrence),” tutup Manager berharap.*