Hidayatullah.com– Pengamat ekonomi politik yang juga mantan menteri di era Presiden Abdurrahman Wahid dan Joko Widodo periode pertama, Rizal Ramli, menaruh perhatian penting terhadap perlunya penundaan proyek-proyek baru pembangunan di Indonesia.
Rizal Ramli antara lain menyoroti proyek pembangunan ibu kota negara (IKN) di Kalimantan Timur. Rizal Ramli menilai proyek ini tidak jelas.
“Berhentikan dulu proyek-proyek yang besar-besar, nanti kalau ada uang kita mulai lagi, termasuk ibu kota baru yang kagak jelas itu,” ujar Rizal Ramli pada Seminar Nasional Online Seri Covid-19 dengan tema “Outlook Ekonomi 2020-2024 : Harapan dan Kenyataan Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19” pada Kamis (18/06/2020) sebagaimana rilis Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI).
Bukan tanpa alasan Rizal Ramli menyampaikan itu. Sebab, jelasnya, saat ini Indonesia sudah masuk ke krisis ekonomi. Jikalau Pemerintah terkesan abai terhadap kesulitan yang dihadapi masyarakat, bukan tidak mungkin akan berkembang menjadi krisis sosial dan politik.
Tidak percaya? Rizal Ramli berkisah, pada krisis 1998 pun, pihaknya sudah meramalkan sejak 1996. Dan, ramalannya itu dibantah oleh menteri keuangan, gubernur Bank Indonesia (BI) dan pejabat lainnya saat itu.
Keberpihakan pemerintah kepada sektor riil menjadi kuncinya. Saat ini menurutnya, justru pemerintah kurang menunjukkan keberpihakan kepada usaha kecil. Dilihat dari statistik kredit perbankan misalnya.
“Dari seluruh bank kita kredit kecil hanya 17 persen, yang besar 80 persen. Ya harusnya kita geser dari 17 persen menjadi 20-25 persen dalam setahun. Karena, kalau yang besar-besar, banyak caranya dia bisa mendapatkan investasi, pinjaman luar negeri, terbitkan obligasi, dan lain-lain,” jelas mantan Menko Maritim ini.
Karena justru, katanya, pada krisis ekonomi 1998, usaha kecil dan menengah (UKM) yang menjadi penyelamat ekonomi.
Sementara saat ini, UKM juga sudah terimbas krisis dan goyang. Hal ini menurutnya sebagai akibat dari kebijakan pemerintah yang rajin membuat utang baru.*