Hidayatullah.com– Hari ini, tanggal 2 Desember sebagaimana biasa semestinya digelar acara Reuni Akbar 212 memperingati Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 lalu yang berpusat di lapangan Monas, Jakarta Pusat. Namun, karena pandemi Covid-19 belum berakhir, acara Reuni 212 digantikan dengan acara Dialog Nasional Spirit 212 “100 Ulama dan Tokoh”.
Dialog bertema “Revolusi Akhlaq” ini digelar secara virtual pada Rabu (02/12/2020) pagi sampai siang. Pantauan hidayatullah.com secara virtual, dialog ini dihadiri banyak ulama dan tokoh nasional, tokoh agama, tokoh politik, aktivis, dan para pegiat.
Sebagai pembicara utama pada dialog ini adalah Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS). HRS tampil dengan menerapkan protokol kesehatan antara lain menggunakan pelindung wajah dan menjaga jarak, di Studio 2. Sedangkan sang host, Babeh Haikal Hassan berada di Studio 1.
Dalam ceramahnya, HRS menekankan tentang Revolusi Akhlaq dan kaitannya dengan lima sila dalam Pancasila. HRS juga menyampaikan tentang posisi umat Islam Ahlussunnah Waljamaah yang menolak gerakan makar. “Revolusi akhlaq sebagai solusi untuk Indonesia yang bermartabat,” ujar HRS.
Sejumlah tokoh yang menghadiri dialog ini antara lain Ustadz Yahya Zainul Maarif (Buya Yahya) Pendiri Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, pegiat media sosial Rocky Gerung, tokoh reformasi Amien Rais, Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, anggota DPR RI Fadli Zon, pakar hukum tata negara Refly Harun, Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Ustadz M Zaitun Rasmin, Jubir FPI Munarman serta para tokoh FPI lainnya, dan masih banyak lagi terutama tokoh-tokoh lain yang diundang untuk menghadiri acara ini.
Dalam kesempatannya berbicara, Buya Yahya menyampaikan antara lain tentang pentingnya berprasangkan baik kepada para pelaku kebaikan. Buya mengibaratkan negara seperti sebuah pohon. Jika di pohon itu ada benalu dan ada sekelompok orang yang ingin memotong benalu tersebut, maka tindakan memotong benalu itu adalah kebaikan dan harus didukung, jangan malah dipandang atau disangka buruk.
“Kalau memang itu kebenaran yang sesungguhnya, hendaknya kita bersemangat untuk mendukungnya,” ujar Buya Yahya dalam acara yang disiarkan live streaming di kanal Youtube Front TV itu.
Sedangkan Refly Harun mengatakan bahwa ini baru pertama kalinya ia mengikuti acara “Reuni 212” meskipun berlangsung secara virtual.
Refly menyinggung tentang tugas negara. Berdasarkan pembukaan UUD 1945 bahwa negara ini didirikan salah satunya karena, katanya, “kita ingin dicerdaskan, kita ingin dimakmurkan, disejahterakan, dan kita juga ingin dilindungi.” Adapun merdeka artinya ada kenyamanan bagi rakyat. Sehingga, kalau Refly dan Rocky mengkritik pemerintah lalu merasa tidak nyaman, itu artinya, kata dia, tujuan bernegara belum terwujud dengan baik.
Rocky Gerung dengan gaya khasnya menyindir pemerintahan Joko Widodo saat ini. Ia mengatakan, jika saat ini diperlukan protokol kesehatan, maka diperlukan pula yang ia sebut protokol ketatanegaraan, menyinggung kondisi pemerintahan saat ini.*