Hidayatullah.com– Edy Mulyadi ditahan polisi setelah sebelumnya ditetapkan oleh Bareskrim Polri sebagai tersangka kasus dugaan ujaran kebencian. Penetapan tersangka tersebut merupakan buntut pernyataannya ‘tempat jin buang anak’.
“Penyidik menetapkan status dari saksi menjadi tersangka,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan, Senin (31/01/2022).
Penetapan tersangka Edy Mulyadi dilakukan setelah Polri melakukan gelar perkara. Polisi telah memeriksa sejumlah saksi dan ahli terkait kasus ini.
“Untuk kepentingan perkara dimaksud, terhadap tersangka EM, penyidik melakukan penangkapan dan penahan,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan, Senin (31/01/2022).
Penahanan Edy tersebut dilakukan mulai Senin ini sampai 20 hari ke depan, kata kepolisian.
Edy Mulyadi, kata kepolisian, dikhawatirkan menghilangkan alat bukti serta melarikan diri. Selain itu, ancaman pidana terhadap Edy Mulyadi di atas 5 tahun.
Edy Mulyadi sebelumnya datang ke Bareskrim bersama pengacaranya pada Senin (31/01/2022). Edy Mulyadi terlihat menggunakan kemeja lengan panjang dan iket Sunda.
Edy Mulyadi juga meminta maaf ke para sultan di Kalimantan. Dia menyatakan penduduk Kalimantan bukanlah musuhnya.
“Musuh saya bukan penduduk Kalimantan, bukan suku ini, suku itu segala macam, tidak. Saya sekali lagi minta maaf kepada sultan-sultan. Sultan Kutai, Sultan Paser, Sultan Banjar, Sultan Pontianak, Sultan Melayu, atau apa sebagainya, termasuk suku-sukunya,” kata Edy Mulyadi dikutip Detik.
“Suku Paser, Suku Kutai segala macam termasuk Suku Dayak tadi semuanya saya minta maaf, tapi mereka semua bukan musuh saya,” ujarnya.
Edy mengatakan musuhnya adalah bentuk ketidakadilan. Selain itu, dia mengatakan Kalimantan telah dieksploitasi secara besar-besaran.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Musuh saya dan musuh kita adalah ketidakadilan dan siapapun pelakunya yang hari-hari ini dilakonkan oleh para oligarki melalui tangan-tangan pejabat-pejabat publik kita,” ucapnya.
“Mohon maaf banget selama puluhan tahun Kalimantan itu dieksploitasi habis-habisan, sudah berapa miliar ton batu bara diangkut, sudah berapa hektare itu hutan-hutan ditebas, diangkut, sudah berapa ribu atau juta hektare lahan-lahan milik adat dirampas. Gasnya belum macam-macamnya,” imbuh Edy.*