Hidayatullah.com — Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap hasil survei serologi antibodi terbaru masyarakat Indonesia sebelum lebaran 2022. Dari survey tersebut terungkap, 99,2% masyarakat telah memiliki antibodi dari virus SARS-CoV-2 atau Covid-19.
“Artinya 99,2% populasi masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi,” ujar Budi, dalam keterangan pers usai rapat terbatas di Kantor Presiden pada Senin (18/4/2022).
Antibodi itu, ungkap Budi, terbentuk dari vaksinasi serta dari infeksi Covid-19 yang telah terjadi sebelumnya. Kadar antibodi warga Indonesia juga meningkat. Saat ini berada di level 7.000-8.000, sementara sebelumnya berada di kisaran 500-600.
Menurut Budi, capaian itu menunjukkan masyarakat memiliki kadar antibodi tinggi selain peningkatan antibodi itu sendiri. Jadi akan mengurangi risiko masuk rumah sakit dan wafat saat terinfeksi virus Covid-19.
“Ini menunjukkan masyarakat bukan hanya yang sudah memiliki antibodi tapi kadar antibodinya tinggi. Sehingga kalau nanti diserang virus daya tahan tubuh bisa cepat menghadapinya, dan mengurangi sekali risiko masuk rumah sakit apalagi risiko untuk wafat,” jelasnya.
Sementara, Pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia mengimbau masyarakat untuk tidak euforia dengan hasil sero survei lebih dari 90 persen warga Indonesia ‘kebal’ COVID-19. Pasalnya, imunitas atau antibodi dari infeksi maupun vaksinasi diperkirakan bertahan empat sampai lima bulan.
“Namun harus diingat bahwa dari sero survei ini kan namanya juga sampling, walaupun kita tidak meragukan validitas dan sebagainya, tapi bagaimanapun kan itu tidak mesti mencerminkan kondisi yang artinya mewakili orang-orang yang rawan,” kata Dicky, dilansir detikcom, Selasa (19/4/2022).
Mereka yang masuk kategori rawan yakni warga yang belum divaksinasi COVID-19 maupun terinfeksi. Dicky juga menyebut mereka yang mengalami penurunan antibodi pasca vaksinasi juga masuk kategori rawan.
Artinya, cakupan vaksinasi COVID-19 booster perlu ditingkatkan seiring dengan temuan turunan atau subvarian Omicron. Diberitakan sebelumnya, Indonesia melaporkan ada 31 subvarian Omicron, didominasi BA.2 dan BA.3.
Sementara cakupan vaksinasi booster per Rabu (20/4) menurut laporan Kemenkes RI baru mencapai 15,34 persen atau 31.954.827 orang yang menerima booster.
“Jangan euforia karena bagaimanapun Omicron plus subvarian-nya rekombinan varian yang ada ini bisa bersirkulasi pada orang-orang yang memiliki antibodi apalagi kalau belum mendapat booster,” pesan dia.
“Jangan sampai mengendurkan upaya semangat untuk mendapatkan booster karena penting booster itu dan kita dalam pandangan saya, kita harus mendasarkan fondasi respons kita berbasis antibodi yang dibangun dari vaksinasi,” pungkasnya.*