Hidayatullah.com–Politisi dari PDIP, Efendi Simbolon mengungkapkan rasa kecewa terhadap kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Ia menyebut selama beberapa bulan Joko Widodo menjadi presiden, justru tak ada perubahan siginifikan.
“Hingga saat ini gaya kepemimpinan beliau tidak melalui sistem yang semestinya,” katanya saat menjadi salah satu pembicara ‘Evaluasi 100 Hari Pemerintahan Jokowi-Jk’ yang diadakan di Multifunction Room Paramadina Graduate School, The Energy Building 22nd Floor SCBD Lot. 11A, Jakarta hari Senin (26/01/2015) kemarin.
Misalnya saja salah satu yang membuat ia kecewa sekaligus pernah memprotes, ialah penerapan atau kebijakan yang dibuat Joko Widodo terhadap sumber energi beberapa waktu lalu.
Alasan ia protes karena nota tersebut sangat bernuansa Neo Liberal. Belum lagi ada oknum-oknum PDIP yang berjiwa Neolib dan pragmatis yang mendorongnya.
“Saya pernah protes Jokowi terhadap energi yang beraroma Neo-Liberal. Dan ternyata di PDIP pun banyak yang Neo-Liberal dan pragmatis,” katanya tegas.
Untuk itu, jika belum ada perubahan terhadap gaya “unik” Jokowi, ia yakin tidak lama lagi pemerintahan yang dipimpinnya akan tumbang dengan cepat. Bahkan ia mengatakan dan memberi saran, untuk kejatuhan Joko Widodo, sebaiknya dilakukan saat ini.
“Realita yang ada saat ini benar adanya. Dan pemerintahan yang dipimpinnya ‘unik’. Dan untuk jatuhkan Jokowi, baiknya sekarang,” sarannya yang disambut tepuk tangan audience.
Jika hal di atas terjadi, Efendi mengajak masyarakat agar mampu memilih pemimpin pintar dan ramah.
“Kedepan kita cari pemimpin ramah, pintar. Nahkoda dan kru’ tidak saling kenal,” tambahnya.
Acara turut dihadiri Pengamat Politik Universitas Paramadina Eka Wenats Wuryanta, Pakar Komunikasi Universitas Paramadina Politik Putut Widjanarko, Rektor Universitas Paramadina Firmansyah, Politisi Partai Golkar Nurul Arifin, dan mantan Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto.
Sementara itu, politisi Golkar, Nurul Arifin mengatakan, kekisruhan yang kini tengah terjadi di Indonesia lebih disebabkan oleh orang-orang di dalam lingkungan Jokowi sendiri, yaitu Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
“Tampak intervensi tidak hanya dari partai utama, tetapi juga dari partai pendukung,” ujar Nurul. Acara ini selesai pukul 15.00 WIB.*