Hidayatullah.com—Akibat salah kira, polisi Israel menembak mati seorang pemukim Yahudi, Rabu malam, demikian lapor media local dikutip Middle East Eye (MEE).
Polisi mengira, warga Yahudi yang ditembak sebagai salah satu penyerang di pusat kota Yerusalem.
Situs berita Israel, Ynet melaporkan bahwa polisi tersebut salah mengira (pria tersebut) seorang penyerang yang didorong secara nasionalistis,” menembak dan membunuhnya.
Juru bicara kepolisian, Micky Rosenfeld mengatakan pada MEE laporan awal menunjukkan kejadian tersebut merupakan kesalahan identifikasi, dan sedang diperiksa. Demikian penjelasannya, tanpa memberi rincian lebih lanjut.
Sementara itu, juru bicara kepolisian mengatakan kepada AFP bahwa seorang petugas sekuriti swasta tidak sengaja menembak dan akhirnya membunuh pria Israel setelah terjadi adu mulut.
Seorang penumpang turun dari bus, dan bertengkar dengan dua petugas bersenjata yang berusaha ingin masuk ke dalam bus tersebut.
Menurut petugas sekuriti, mereka meminta surat-surat identitas penumpang itu, namun ia kemudian berusaha merebut pistol salah satu dari mereka, yang menganggap ia seorang ‘teroris’ lalu menembaknya mati, kata polisi.
Penembakan yang dilakukan oleh kepolisian menyusul hari mematikan yang terjadi di wilayah Palestina yang terjajah, yang memperlihatkan setidaknya satu orang Palestina diduga sebagai penyerang ditembak mati, dan sekitar tujuh orang personel militer dan kepolisian mengalami cidera.
Sementara itu, Sekjen PBB Ban Ki-moon menyeru untuk mengakhiri kekerasan saat ia bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina dukungan Israel Mahmud Abbas dalam upaya menenangkan situasi setelah tiga pekan kerusuhan yang mematikan.
Ban Ki-moon kemudian mengatakan kepada dewan keamanan PBB lewat video conference dari Amman bahwa ia tidak optimis terhadap adanya harapan untuk memadamkan pertumpahan darah.
Seperti diketahui, Ban K-moon melakukan kunjungan ke wilayah tersebut untuk memaksa Israel dan Palestina menarik diri dari peningkatan situasi yang berbahaya yang dikhawatirkan akan menyebabkan pemberontakan skala penuh di Palestina.
Ban tidak memberikan proposal publik untuk mengakhiri kerusuhan tersebut, namun ia menyarankan untuk melakukan negosiasi setelah lebih dari setahun usaha perdamaian membeku dan menimbulkan frustrasi dengan kependudukan Israel.
“Tantangan kami yang paling mendesak adalah menghentikan gelombang kekerasan saat ini dan menghindari hilangnya nyawa lebih lanjut,” kata Ban seusai bertemu dengan Abbas di Kota Ramallah, Tepi Barat.
54 Syahid
Sementara itu, sampai hari Jumat ini, jumlah syuhada dalam intifada Al-Quds sejak awal Oktober hingga hari ini terus bertambah. Tercatat 54 warga gugur syahid dari berbagai wilayah di Tepi Barat, Al-Quds dan Gaza.
Dari jumlah tersebut 12 diantaranya adalah anak-anak dibawah umur dan satu ibu-ibu dan satu tawanan meninggal akibat diabaikanya hak-hak kesehatan mereka.*