Hidayatullah.com–Wasfi Kailani, direktur Royal Hashemite Fund untuk Pemulihan Al-Aqsha menggambarkan tempat favoritnya di Masjid al-Aqsha di Baitul Aqsha (Jerusalem), situs warisan dunia Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO), juga dikenal sebagai al-Haram al-Sharif.
Tempat yang dikatakan Wasfi tidak jauh dari Mimbar Shalahuddin, dibangun kembali oleh Raja Jordan, Raja Abdullah II setelah dihancurkan dalam serangan pada tahun 1969.
“Saya pikir tempat paling indah di seluruh area adalah di tengah-tengah masjid. Ini adalah tempat di mana Nabi Muhammad ﷺ naik ke langit untuk bertemu Allah Subhanahu Wata’ala,” katanya kepada Arab News.
Bagi Ziad Khalil Abu Zayyad, juru bicara kelompok Fatah, tempat paling istimewa adalah ruangan kecil di bawah kubah Batu.
“Kamar kecil itu disebut ‘gua arwah’. Saat shalat di sana, kami merasa sangat berbakti,” jelasnya.
Pandangannya juga disuarakan oleh Ahmad Budeiri, mantan staf BBC, yang lahir di Jerusalem dan menghabiskan seluruh hidupnya di sana.
“Saya pergi ke masjid untuk merasakan keindahan seninya. Kemudian saya pergi ke bagian bawah ruangan dan saya mendapatkan perasaan yang sangat berbeda dan berdamai,” katanya.
Abla Rweis, ibu tiga anak dari Nablus mengatakan kepada Arab News, tempat favoritnya adalah masjid itu sendiri.
“Masjid ini sangat berarti karena Nabi Muhammad ﷺ ada di sini ketika peristiwa Israk dan Mikraj,” jelasnya.
Bangunan pertama yang didirikan di dalam area Masjid al-Aqsha oleh pemerintah Islam dikatakan dibangun oleh Khalifah kedua Khalifah Umar al-Khattab.
Al-Aqsha berarti ‘yang paling jauh’, merujuk pada jarak antara dua situs paling suci umat Islam di Makkah dan Madinah di Arab Saudi.
Bagi Khalil Attiyeh, anggota parlemen Yordania, perasaan saat turun tangga dari Kubah Batu ke Masjid Al-Aqsha adalah istimewa. Tetapi bagi banyak jamaah dan pengunjung, seluruh 144 dunum (144.000 meter persegi) dari kompleks Al-Aqsha adalah suci.
Aktivis politik Hazem H. Kawasmi mengatakan bahwa tempat favoritnya adalah di seberang air mancur, tempat para jamaah datang untuk mencuci ritual. “Saya telah datang ke Al-Aqsha sejak saya masih kecil. Saya suka duduk di tangga di seberang masjid dan memandangi air mancur,” katanya.
Bagi Arafat Amro, Museum Islam yang terletak di dalam kompleks itu terasa istimewa karena isinya yang tak ternilai.
“Ini adalah jendela menuju peradaban dan sejarah,” kata Amro, yang juga direktur musuem.
“Semua yang ada di sini, mulai dari perkamen, karya kayu, dan benda logam hingga ukiran batu, mencerminkan waktu yang berbeda. Pengunjung yang datang ke masjid ini pada zaman dahulu dari berbagai lokasi kembali dengan sejarah leluhur Arab dan Muslim mereka terukir dalam ingatan mereka. ”
Museum Islam terletak dekat dengan Tembok Al-Buraq dan gerbang di mana kelompok-kelompok ekstremis Yahudi sering melakukan serangan tanpa diundang dengan pengawal keamanan ‘Israel’ yang bersenjata.
Daerah itu dibersihkan dari Palestina segera setelah pencaplokan pada tahun 1967 di Jerusalem Timur oleh ‘Israel’, menandai awal pendudukan dan penjajahan.
Bagi Hazem Shunnar, seorang ekonom Palestina yang terpandang, Tembok Al-Buraq adalah apa yang sering ia pikirkan tentang “karena orang ‘Israel’ mengambilnya dengan paksa.”
Namun yang terpenting dari semua, ada dalil-dalil, menjadikan bangunan ini adalah bagian dari akidah umat Islam, untuk mempertahankannya.
Dalam hadits disebutkan sebagai berikut :
عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا حَتَّى نَزَلَتْ الْآيَةُ الَّتِي فِي الْبَقَرَةِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ…
Artinya : Dari Al-Bara bin ‘Azib berkata, “Saya shalat bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menghadap ke arah Baitul Maqdis selama enam belas bulan, sampai turun ayat di dalam Surah Al-Baqarah wakhatsu ma kuntum fawallu wujuhajun syatroh …” (H.R. Bukhari).
Nabi ﷺ menganjurkan untuk berziarah Masjid Al-Aqsha sebagaimana dalam hadits :
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَ
Artinya : “Tidak dikerahkan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Makkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina)”. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).*