MEMILIKI sebuah motor untuk menunjang aktivitas dakwahnya sejatinya sudah lama diharapkan oleh Ustad Saharuddin. Apalagi tempatnya di Pulau Longos, Kampung Baru, Desa Nanga kantor Barat, Kec. Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, adalah daerah terpencil yang sangat susah dijangkau kendaraan umum.
Berdakwah di pedalaman Nusa Tenggara Timur yang jauh dari hiruk pikuk mobilitas perkotaan, membuat ekspansi aktivitas dakwahnya belum berjalan dengan maksimal dengan target yang ia rencanakan sebelumnya.
Asa itu mulai mendapat ruang yang lebih luas saat datang satu unit Moda (Motor untuk Dai) yang dikirim langsung dari Jakarta diserah terimakan oleh BMH Cabang Kupang kepadanya beberapa hari lalu.
“Motor untuk dai ini sangat membantu sekali dalam kegiatan dakwah saya di tempat tugas ini, walau hingga hari ini motor itu belum bisa menyebarangi lautan, karena perahu menuju tempat saya bertugas belum bisa menganggkutnya. Namun alhamdulilah sahabat saya yang ada di Labuan Bajo dapat menjaga dengan baik. InsyaAllah dalam minggu ini sudah bisa menyebrangi lautan dengan perahu,” kata Saharuddin.
Sahar merasa terharu dapat bantuan motor dari BMH. Apalagi sampai mengirimkan langsung dari Jakarta ke pulau terpencil, NTT.
“Sungguh luar biasa, mohon doanya kepada teman-teman semoga target saya membangun Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berbasis Islam di tempat saya bertugas tahun ini bisa terwujud,” katanya lagi.
Seperti diketahui, sebelumnya, Kepala Cabang BMH Kupang, M. Ridwan Kasim menyampaikan motor dai yang diamanahi dari donatur BMH kepadanya sudah dibawa Sahar.
“Beliau memang sangat membutuhkan motor untuk menunjang aktivitas dakwahnya. Walau beliau masih muda, namun nyali dan ketaatannya untuk mengembangkan dakwah di Manggarai Barat, harus kita apresiasi, apalagi beliau bukan orang NTT asli, jauh-jauh dari Sumenep Pulau Madura hanya untuk mensyiarkan Islam agar umat lebih dekat dengan Allah. Perjuangan beliau harus kita dukung,”. Papar Ridwan Kasim.
Ridwan berharap, semoga masyarakat bisa terus membantu para dai yang berjuang di pedalaman, khususnya di NTT agar mereka lebih berdaya.
Merintis Pesantren dan Sekolah Islam
Menjadi dai di pedalaman bagi Sahar memang bukanlah pekerjaan mudah. Diusianya yang kini masih 24 Tahun, dengan kelebihan dan keterbatasannya, pemuda berkecamata ini bertekad membangun sebuah pondok pesantren dan sekolah.
“Tidak ada akar rotan pun jadi,” ujar Sahar. Walau belum punya gedung yang layak, namun target pada tahun ajaran baru 2014 ini, yaitu membuka sekolah Islam di Kupang yang bertetangga dengan Pulau Komodo ini agar segera ia realisasikan.
“Dakwah ini adalah tantangan yang harus saya jawab dengan kenyataan bukan dengan pernyataan,” ujar Saharmengutip kata-kata pendiri Pesantren Hidayatullah, Ustad Abdullah Said.*/Kiriman Sofyan Amarta
Ikuti juga program dan kiprah dakwah para dai lainnya di portal www.posdai.com