Hidayatullah.com– Mikroplastik sudah mencemari udara, air, tanah, makanan, minuman dan bahkan darah. Sekarang puing-puing plastik berukuran sangat kecil itu juga ditemukan di awan.
Partikel plastik belum lama ini ditemukan di awan yang berada di atas wilayah timur China. Hasil riset menunjukkan, kandungan plastik di awan dapat mempengaruhi formasi awan dan bahkan cuaca.
Sekelompok ilmuwan dari Universitas Shandong, China yang mengumpulkan air dari awan di atas Gunung Tai menemukan mikroplastik pada 24 dari 28 sampel yang diambilnya. Sebagaimana diketahui, awan mengandung air, dan ketika kandungan air semakin banyak dan berat setelah mengalami pendinginan maka turunlah hujan, atau salju jika temperatur udara sangat rendah (dingin).
Partikel plastik yang ditemukan termasuk polyethylene terephthalate (biasa dikenal sebagi plastik PET), polypropylene, polyethylene dan polystyrene, yang semuanya itu biasa ditemukan pada serat sintetis, pakaian dan tekstil, serta kemasan dan masker penutup wajah.
“Temuan itu menunjukkan bukti signifikan perihal keberadaan mikroplastik dalam jumlah banyak di awan,” kata para peneliti dalam tulisan ilmiah yang dipublikasikan hari Kamis (16/11/2023) di Environmental Science and Technology Letters, seperti dilansir Guardian.
Awal tahun ini, sebuah penelitian di Jepang menunjukkan bahwa mikroplastik ditemukan di puncak Gunung Fuji dan Gunung Oyama. Hal ini menunjukkan bahwa partikel tersebut kemungkinan berasal dari plastik di lautan dan terbawa angin. Konsentrasi mikroplastik di air awan Gunung Tai mencapai 70 kali lipat dibandingkan air awan sejumlah pegunungan di Jepang.
“Sebagian besar polusi kita kira berbentuk cair,” kata Fay Couceiro, profesor pencemaran lingkungan di Universitas Portsmouth. “Kita cenderung berpikir [mikroplastik] itu pergi ke sungai dan laut. Sedangkan mikroplastik, karena merupakan partikel fisik, tidak mengikuti aturan normal. Kami menemukan mikroplastik di lingkungan-lingkungan yang masih sangat alami di puncak-puncak gunung yang sulit dijangkau.”
Bagaimana mikroplastik bisa ada di awan?
Selain kontaminasi dari orang-orang yang mengunjungi pegunungan, partikel plastik itu kemungkinan terbawa hembusan angin. Sampel yang diambil dari awan pada ketinggian rendah dan lebih padat mengandung jumlah mikroplastik lebih banyak.
Plastik yang sudah lawas – yang sudah usang akibat paparan cuaca dan radiasi ultraviolet – ukurannya lebih kecil dan permukaannya lebih kasar. Plastik seperti itu mengandung lebih banyak timbal, merkuri dan oksigen dibandingkan plastik yang masih baru.
Para ilmuwan menemukan bahwa awan dapat memodifikasi mikroplastik, yang kemungkinan mengakibatkan partikel-partikel ini mempengaruhi pembentukan awan.
“Pembentukan awan memiliki pengaruh besar tidak hanya pada pola cuaca lokal kita, tapi juga suhu global,” kata Couceiro, yang tidak terlibat dalam penelitian ini seperti dikutip Guardian.
Awan mempengaruhi iklim dalam banyak cara. Awan menghasilkan curah hujan dan salju, sehingga mempengaruhi curah hujan dan vegetasi global. Awan mampu menghalangi sinar matahari, mendinginkan permukaan planet dan memberikan keteduhan di permukaan bumi. Namun, awan juga bisa memerangkap panas dan kelembapan, yang kemudian menghangatkan udara atau menaikkan temperatur.
“Hanya ada satu kelompok hewan di planet ini yang menggunakan plastik, yaitu kita manusia,” kata Couceiro. “Kita benar-benar membutuhkan respons global terhadap masalah ini, sebab masalah ini tidak akan bisa diselesaikan oleh satu negara saja, karena udara tidak mengenal batas.”*