Hidayatullah.com– Para orang tua dan pengasuh di Australia perlu lebih memperhatikan aktivitas daring (online) anak-anak mereka pada musim liburan ini. Ini dilakukan setelah laporan eksploitasi seksual pada anak secara online melonjak di tengah pandemi Covid-19, menurut Kepolisian Federal Australia (Australian Federal Police/AFP) pada Rabu (23/12/2020).
Pelaku kejahatan seksual pada anak sangat aktif selama pandemi dan liburan sekolah, mengincar anak-anak yang menghabiskan semakin banyak waktu secara online. Data yang dirilis AFP menunjukkan tahun ini sebanyak 187 orang didakwa dengan 1.966 dugaan tindak pelanggaran terkait pelecehan pada anak.
Dengan semakin banyaknya hadiah perangkat teknologi untuk anak-anak yang dilengkapi dengan fungsi online, anak dapat berkomunikasi dengan orang asing, tanpa sepengetahuan orang tua, yang bisa membuat anak-anak terpapar pelaku kejahatan online yang menarget mereka. Pusat Penanggulangan Eksploitasi Anak Australia (Australian Center to Counter Child Exploitation/ACCCE) yang dipimpin AFP menerima laporan tentang anak-anak yang berinteraksi dengan pelaku kejahatan secara online saat orang tua atau pengasuh berada di dekatnya, atau berada di ruangan yang sama.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi wali anak untuk mengedukasi diri tentang teknologi yang digunakan anak-anak mereka, sehingga mereka dapat mengawasi aktivitas online anak-anak dengan lebih baik, menurut AFP.
“Kami tidak akan pernah menyerah dalam perjuangan kami untuk menjaga anak-anak tetap aman dan kami meminta bantuan dari para orang tua dan pengasuh. Kami tahu ini adalah saat-saat yang sibuk dalam tahun ini, tetapi tolong bicarakan pada anak-anak Anda tentang dengan siapa mereka berinteraksi secara online serta platform, aplikasi, dan permainan apa yang mereka gunakan,” kata Komandan ACCCE dan Perlindungan Anak Hilda Sirec dikutip laman Xinhua. “Pengawasan tidak hanya krusial untuk mencegah terjadinya insiden, tetapi juga dapat membantu orang dewasa untuk segera mengambil tindakan jika ada yang tidak beres,” tambahnya.
“Jika anak Anda sedang atau pernah menjadi korban, yakinkan mereka bahwa itu bukan kesalahan mereka dan ada bantuan yang tersedia. Anak-anak dan remaja tidak boleh disalahkan karena menjadi korban eksploitasi seksual anak secara online,” katanya.*