Ikatlah ilmu dengan tulisan, Allah bahkan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang yang diberi ilmu beberapa derajat
Hidayatullah.com | SESUNGGUHNYA al-Qur’an yang pertama kali diturunkan adalah ayat-ayat yang memerintahkan untuk membaca. Ayat-ayat tersebut merupakan rahmat pertama yang di berikan Allah SWT kepada para hamba-Nya dan nikmat pertama yang dicurahkan Allah kepada mereka.
Ayat-ayat ini merupakan peringatan awal tentang penciptaan manusia dari segumpal darah. Dan Sesungguhnya diantara kemurahan Allah Ta’ala adalah mengajarkan pada umat manusia sesuatu yang tadinya tidak diketahui.
Maka Allah mengangkat dan memuliakannya dengan ilmu. Inilah jabatan yang hanya diberikan Allah kepada bapak Manusia yaitu Adam ‘alaihi sallam, sehingga membedakannya dengan Malaikat.
Dan ilmu terkadang ada dalam benak kadang-kadang dengan lidah. Kadang-kadang pula berada dalam tulisan dan bersifat mentalistik dan formalistik. Kata formalistik memastikan ilmu berada dalam tulisan, namun tidak sebaliknya. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman : “Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah”.
Dan Allah berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (al-Mujaadilah: 11)
Dalam sebuah atsar ditegaskan: “Qoyyidul ‘ilma bil kitaabihi” artinya “Ikatlah ilmu itu dengan tulisan“
Berikut adalah ayat-ayat tentang awal tulisan ini:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَق{1} خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2}اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ {3}اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ {4} عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ {5}
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, {1} Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. {2} Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, {3} Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. {4} Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. {5}.” QS. Al – ‘Alaq : 1 – 5)
Ayat-ayat tersebut diataslah yang mengisyaratkan bahwa dengan membaca kita akan mengetahui apa yang tidak kita ketahui sebelumnya. Tentu saja kita butuh seorang pengajar untuk memahaminya, sebagaimana Allah mengajarkan kepada para utusan-Nya, dan para utasan-Nya itu mengajarkan apa-apa yang telah di ketahuinya kepada para sahabatnya dan demikian seterusnya.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda;
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Membaca merupakan salah satu cara dalam mendapatkan ilmu, oleh karena itu betapa pentingnya membaca, lihatlah betapa para ulama terdahulu yang shalih dalam mencari ilmu:
Imam Syafi’i pernah ditanya tentang semangatnya mempelajari ilmu adab, “Bagaimana ketamakanmu terhadapnya?” Beliau menjawab, “Ibarat orang yang tamak mengumpulkan berbagai macam harta demi mencapai kepuasan terhadapnya. Kemudian ditanya lagi, “Bagaimana cara kamu mencarinya?” Beliau menjawab “Sebagaimana seorang ibu sedang mencari anaknya yang hilang, dia tidak mencari apapun selain anaknya.”
Imam Ahmad berkata “Aku mengembara untuk mencari hadits dan sunnah ke Tsughur, wilayah Syam, Sawahil, Maroko, Al-Jazair, Madinah, Irak, wilayah Hauran, Persia, Khurosan, gunung-gunung dan ujung dunia”
Abul Husain Ahmad bin Faris Al-Lughawi berkata, “Saya mendengar Ustadz Ibnu Al-’Amid berkata, “Saya tidak pernah menyangka bahwa di dunia ini ada kenikmatan lain yang lebih nikmat dari kepemimpinan dan kementrian yang aku jabat, Hingga suatu saat aku bisa menyaksikan diskusi yang terjadi antara Abu Qasim Ath-Thabrani dan Abu Bakr Al-Ji’ani.
Ath-Thabrani memiliki kelebihan dalam bidang hafalan dibanding dengan Abu Bakr, sedangkan Abu Bakr memiliki kelebihan dalam sisi kejelian dan kejeniusannya, hingga suara keduanya semakin meninggi dan tidak ada satupun yang terkalahkan.
Al-Ji’ani berkata, “Saya memiliki sebuah hadits yang tidak didapatkan dunia ini kecuali ada padaku”. Ath-Thabrani berkata, “Mana?” Al-Ji’ani berkata “Telah berkata kepada kami Abu Khulaifah Al-Jumahi, berkata kepada kami Sulaiman bin Ayyub”, Kemudian dia menyebutkan sebuah hadits. AL-Ji’ani pun tersipu malu, maka saya semakin yakin bahwa jabatan bukan segala-galanya. Saya kagum kepada Thabrani dan sangat senang kepadanya. (Siyar A’lamin Nubala).
Riwayat-riwayat tersebut adalah hanya sebagian kecil para salafush shalih tentang bagaimana keseriusannya dalam menuntut ilmu. Berikut saya kopikan sebuah tulisan yang semoga bermanfaat tentang pentingnya membaca.
Enam Alasan Pentingnya Membaca
Jika Anda adalah seseorang yang benci dengan kegiatan membaca, ada baiknya Anda kaji ulang. Mengapa?
Di bawah ini saya cantumkan enam alasan pentingnya kegiatan membaca. Saya tidak akan membuat tulisan ini menjadi panjang karena tulisan ini khusus dibuat untuk Anda yang benci membaca.
Pertama: Membaca penting karena dapat membuka wawasan baru. Banyak hal-hal baru yang akan Anda temukan dalam sebuah bacaan.
Hal-hal yang belum pernah Anda ketahui. Bahkan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah Anda bayangkan ada.
Kedua: Membaca penting karena dapat memberikan pencerahan baru pada pemikiran Anda. Saya yakin, tak jarang Anda digelayuti suatu persoalan yang Anda pikir tak ada pemecahannya.
Atau barangkali tak banyak pilihan pemecahan yang dapat Anda tempuh. Bisa juga Anda menjalani sesuatu dengan suatu rutinitas yang membosankan. Saya anjurkan pada Anda: membacalah!
Maka tanpa Anda duga Anda akan menemukan pencerahan baru bagaimana memecahkan masalah tersebut atau mengubah sesuatu yang cenderung rutin dan membosankan itu. Tingkatkan kualitas kehidupan pribadi Anda dengan membaca.
Ketiga: Membaca penting karena dapat mencerdaskan intelektual, spiritual, emosional, dan kepercayaan diri yang berpadu dengan kerendahan hati. Membaca akan membuka peluang Anda untuk menyerap sebanyak mungkin ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan.
Membaca akan menumbuhkan kemampuan Anda untuk berpikir kreatif, kritis, analitis dan imajinatif. Melalui membaca Anda akan membentuk kemampuan berpikir lewat proses: menangkap gagasan/informasi, memahami, mengimajinasikan, menerapkan dan mengekspresikan.
Keempat: Membaca penting karena membuat Anda menjadi seorang yang mandiri dalam mencari pengetahuan. Anda tak akan tergantung pada sekolah, les, kursus, atau seminar.
Kelima: Membaca dapat memberikan kenikmatan tersendiri bagi jiwa. Membaca adalah sebuah wisata pikiran.
Melalui membaca, Anda bisa pergi ke mana saja. Tanpa dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Membaca akan memberikan kesempatan kepada Anda untuk berangan-angan. Membebaskan pikiran.
Keenam: Membaca dapat membuat hidup lebih sukses. Tak percaya? Buktikan saja sendiri.[2]
Kemudian setelah apa yang dibaca, di pelajari baik dari jalur formal maupun informal tulislah ilmu itu, agar masyarakat bisa mengetahui apa yang telah kita temukan, karena demikianlah para salafhus salih dalam membimbing kaum mu’minin.
Mereka (salaf) siang menuntut ilmu dan di malam hari menuliskannya, hingga sebagaimana kita ketahui banyak karya-karya tulisan mereka yang di nikmati oleh generasi setelahnya.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh.” (HR. Muslim nomor 1631).*/A Dani Permana (alhikmah)