ADA beberapa cara lain yang dilakukan oleh setan untuk menjebak manusia. Pertama, menggiring manusia pada kondisi-kondisi yang dikira olehnya menghasilkan keuntungan, padahal hal itu merupakan sumber kecelakaan. Ketika manusia sudah terjerumus ke dalamnya, setan segera angkat kaki. Allah Swt berfirman, “Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan, “Tidak ada seorang manusia pun yang dapat mengalahkan kami pada hari ini. Sesungguhnya aku adalah pelindungmu.” Maka, ketika kedua pasukan itu telah saling melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri darimu. Aku melihat apa yang kamu sekalian tidak melihatnya. Aku takut kepada Allah.” Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS Al-Anfal [8]: 48).
Kedua, menakut-nakuti manusia dengan bala tentara setan supaya mereka patuh kepadanya. Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik). Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka. Tapi, takutlah kalian hepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS Ali ‘Imran [3]: 175)
Ketiga, menghiasi perbuatan mudharat seolah-olah perbuatan yang penuh manfaat. Manusia mengira bahwa apa yang dilakukan adalah perbuatan paling bermanfaat, padahal ia sangat mudharat. Banyak sekali manusia terjebak oleh rekayasa setan ini. Sering kali setan menampakkan kebatilan dalam bentuk yang menggiurkan, sedangkan kebenaran dibungkus dengan rupa yang menyebalkan. Manusia digoda setan agar mau menyembah berhala dan memutuskan silaturahmi.
Setan menjanjikan kepada mereka bahwa perbuatan itu akan membahagiakannya di surga. Padahal, semua itu adalah kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. Setan suka mengelabui orang yang malas beramar makruf nahi mungkar dengan sikap toleran yang harus dipertahankan demi pergaulan yang positif.
Keempat, menganjurkan manusia agar bertindak ekstrem atau gegabah dalam hal agama. Salah seorang ulama salaf berkata, “Tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kepada manusia, melainkan setan berupaya agar ia bertindak ekstrem atau gegabah. Sementara itu, manusia tidak mempedulikan tindakannya.”
Kelima, memutarbalikkan perkataan yang batil, pemikiran yang keliru, dan khayalan-khayalan semu yang merupakan sampah otak, kotoran pikiran, dan buih-buih yang mengotori hati yang gelap dan terbuai. Dengan pemutarbalikan itu, kebatilan dianggap kebenaran, dan kebenaran dianggap kebatilan. Hati dan pikiran kehilangan pegangan dan hanya mengikuti praduga. Keimanan menjadi rapuh seiring dorongan-dorongan untuk mangkir. Tak ada iktikad baik dari orang-orang seperti ini. Mereka telah menipu dengan ucapan-ucapan palsu. Mereka mengabaikan Al-Quran. Mereka berada dalam keraguan yang kronis. Mereka terus-menerus berada dalam kehancuran. Semoga Allah melindungi kita dari keadaan seperti itu.
Setan juga tidak melewatkan untuk menjebak para ahli ibadah dan para ulama. Di antara cara yang dilakukannya adalah menghasut masyarakat agar mau mencium tangan mereka, memuji, menyanjung, meminta berkah, dan lain-lain. Akibatnya, mereka merasa kagum (ujub) terhadap diri mereka sendiri. Jika dikatakan kepada mereka, “Engkau adalah pasak bumi. Karenamulah makhluk terhindar bencana,” hati mereka berbinar dan mengira bahwa perkataan itu benar. Sikap ini merupakan kebinasaan tertinggi.
Jika mereka melihat seorang anggota masyarakat membangkang atau kurang sopan kepada mereka, mereka marah dan menyimpan dendam. Sikap dendam ini tentu lebih busuk daripada kelakuan pendosa besar yang tak mau bertobat.
Al-Hasan berkata, “Tidak sedikit orang yang terkena fitnah akibat sanjungan yang ditujukan kepadanya. Tidak sedikit orang yang tertipu akibat Allah menutupi perbuatan dosa yang dia lakukan.”
Cara lain yang digunakan setan untuk menjebak ulama dan ahli ibadah adalah membisiki mereka untuk memakai pakaian tertentu, berpenampilan khusus, berjalan dengan gaya yang dibuat-buat, mempunyai guru yang lebih istimewa, dan menempuh tarekat yang berbeda dengan orang lain. Setan terus menggoda mereka agar menetapi keadaan seperti itu hingga menjadi tradisi wajib bagi mereka. Mereka pun selalu mengamalkan rutinitas itu dan mencela orang yang mengabaikannya.
Upaya lain yang dilakukan setan untuk menjebak para ulama dan ahli ibadah adalah mengembuskan kewas-wasan pada hati mereka. Mereka didera kewas-wasan dalam hal bersuci, shalat, dan pada saat berniat. Akibatnya, mereka menjadi ekstrem dan berlebihan. Dengan cara demikian, setan dapat menyeret mereka untuk menjauh dari Sunnah Rasulullah. Setan berbisik kepada mereka bahwa apa yang mereka lakukan sesuai dengan Sunnah.
Lebih dari itu, setan juga mencari celah untuk menjebak mereka pada amalan yang jauh dari pahala. Mereka mengira bahwa wudhu dan shalat mereka sudah sesuai dengan praktik Rasulullah, padahal jauh dari kesempurnaan.*
Dipetik dari tulisan Sa’ad Yusuf Abu ‘Azis dari bukunya, “Azab-azab yang Disegerakan di Dunia”.