“BEGADANG jangan begadang, kalau tiada artinya, begadang boleh saja kalau ada perlunya,” begitu kata Bang Haji Rhoma Irama dalam lagunya yang berjudul “Begadang”. Nah, di Bulan Ramadhan begadang itu haram, sunnah atau jangan-jangan malah wajib?
Bulan Ramadhan menyediakan banyak sekali kemuliaan. Oleh karena itu kita harus memiliki perencanaan yang baik agar segala bentuk kemuliaan yang Allah yang telah ‘obral’ di bulan ini tidak satu pun yang kita lewatkan. Ingat, diskon besar-besaran ini hanya ada di Bulan Ramadhan. Maka siang malam kita harus berupaya untuk mendapatkannya dengan penuh kesungguhan.
Siang hari mungkin sebagian besar dari kita sudah harus sibuk dengan berbagai macam jenis pekerjaan. Maka malam kita tidak boleh berhenti, apalagi sekedar mengisinya dengan tidur yang berlebihan, ngobrol kesana-kemari, atau hanya menonton tv.
Tentu akan sangat merugi jika malam-malam Ramadhan kita lalui dengan sekedar seperti itu. Sebab di malam hari, terutama di Bulan Ramadhan, terdapat banyak sekali keutamaan bagi mata yang mau begadang. Begadang ngapain? Tentu begadang untuk jihad fii sabilillah bukan yang lain.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam; “Ada dua mata yang tidak akan tersentuh api neraka. Mata yang menangis karena takut kepada Allah. Dan mata yang begadang berjaga dalam jihad fii sabilillah.” (HR At-Tirmidzi).
Sebagaimana jamak dipahami bahwa Ramadhan adalah bulan penuh ampunan, maka perbanyaklah menangis di malam hari dengan keikhlasan untuk mendapat ampunan dari-Nya. Sebuah hadits menjelaskan bahwa air mata dari tangisan karena memohon ampun kepada Allah bisa memadamkan api neraka.
Bagaimana kalau ternyata kita sulit menangis di malam hari? Perbanyakah mengingat Allah dengan dzikir, menyebut-nyebut keagungan-Nya dan ingat-ingatlah dosa yang telah kita perbuat, serta bayangkanlah dalam diri dahsyatnya hari kiamat. Dengan kebeningan niscaya semua itu akan mengundang kesedihan dan ketakutan luar biasa dalam hati.
Jika itu semua juga tidak mampu menggoncangkan jiwa dan hati kita untuk takut atas kedahsyatan hari kiamat. Maka lihatlah saudara-saudara kita yang sedang dilanda bencana peperangan dan kelaparan. Setiap hari mereka menahan lapar, sementara kita hidup senang diliputi berbagai kenikmatan.
Sesungguhnya Rasulullah menangis bukan karena dosa-dosanya, tetapi karena rasa syukurnya yang luar biasa, sehingga terasalah kehinaan diri, ketidak-berdayaan diri, sehingga muncul rasa syukur yang amat dahsyat. Selain itu beliau juga mengalami sedih yang luar biasa ketika melihat ummatnya dalam kesengsaraan. Hal itulah yang menyebabkan beliau lebih banyak menangis daripada tertawa terbahak-bahak.
Inilah yang diteladani oleh seorang Abdullah bin Umar, ia berkata: “Aku menangis karena takut kepada Allah lebih aku sukai dari pada aku berinfak sebesar seribu dinar”.
Hadits yang lain menjelaskan bahwa; “Tidak ada sesuatu yang lebih Allah sukai selain dua tetes dan dua jejak, tetesan air mata karena takut kepada Allah, da tetesan darah yang mengalir di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi).
Ibnu Mas’ud ra, juga meriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda, “Setiap mukmin yang meneteskan air mata karena takut kepada Allah walau hanya sekecil kepala seekor lalat, lalu air matanya itu membasahi pipinya niscaya Allah haramkan neraka untuk menyentuhnya.” (HR.Ibnu Majah).
Malam hari adalah waktu yang paling tepat untuk kita mengasah hati ini memahami semua hal penting di atas yang selama ini mungkin sering kita abaikan atau tidak kita pedulikan. Padahal hanya dengan banyak memohon ampunan kepada Allah sambil meneteskan air mata, kita akan merasakan nikmat hidup yang sesungguhnya.
Itulah mengapa Allah secara eksplisit memerintahkan umat Islam untuk mengatur waktu sedemikian rupa, sehingga bisa bangun di tengah malam sembari membaca Al-Qur’an secara perlahan-lahan (penuh kesungguhan untuk memahaminya). Karena di waktu malam itu ibadah akan terasa nikmatnya. (QS. Al-Muzzammil [73] : 2, 4, 6).
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dan, orang yang biasa bangun malam untuk memohon ampun kepada-Nya adalah orang yang benar-benar ingin komitmen dengan kebenaran. Maka masihkah kita akan melewatkan malam yang penuh kemuliaan ini begitu saja. Perhatikanlah firman-Nya, “(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahka[n hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imron [3] : 17).
Orang-orang seperti itulah yang akan meraskan getaran luar biasa ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an.
قُلْ آمِنُواْ بِهِ أَوْ لاَ تُؤْمِنُواْ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُواْ الْعِلْمَ مِن قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ سُجَّداً
وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِن كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُول
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu.” (QS. Al Isra’ [17]: 106-107).
Bagi orang-orang seperti itu Allah sediakan ampunan dan pahala yang besar.
إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِالْغَيْبِ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabbnya Yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al- Mulk [67]:12).
Jadi, masihkah kita enggan begadang di malam hari untuk memperbanyak ampunan kepada-Nya? Semoga tidak, mari kita optimalkan Ramadhan untuk mendapat keridhoan-Nya. Jika tidak sekarang kapan lagi!*