“Puasa adalah setengah dari kesabaran,” demikian sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi. Dan, Imam Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin menukil sebuah hadits, “Kesabaran adalah setengah dari keimanan.”
Dengan demikian puasa memiliki kedudukan sangat mulia di sisi Allah dan tentu saja memberikan dampak positif langsung dunia-akhirat bagi umat Nabi Muhammad yang berkomitmen menjalankannya.
Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin pada bahasan Rahasia di Seputar Puasa, Imam Ghazali menulis, “Puasa itu mencegah dan menahan diri dengan bersabar dari hal-hal yang membatalkannya. Kemudian puasa itu merupakan hukuman bagi musuh-musuh Allah Azza wa Jalla. Sebab, setan memilih jalan hawa nafsu yang menjadi tumbuh subur dengan bantuan makan dan minum yang tidak terkendali.”
Penjelasan tersebut memberikan warning penting bahwa dalam berpuasa, umat Islam mesti benar-benar selektif, dalam konteks ini adalah saat berbuka dan sahur.
Syariat memerintahkan agar umat Islam berbuka dan makan sahur.
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
“Bersahurlah, sesungguhnya terdapat berkah di dalam sahur”. (HR. Muslim).
Bagaimana menyediakannya?
Seperti jamak dipahami bersama, sejak malam pertama Ramadhan sahur dan buka puasa akan menjadi aktivitas ‘rutin’ kaum ibu dan atau remaja puteri, yakni bagaimana mempersiapkan buka dan sahur dengan sebaik-baiknya.
Kadangkala seorang ibu didorong rasa ingin membahagiakan suami dan anak-anak dalam menjalankan Ramadhan, dengan semangat tinggi, kaum ibu bersusah payah menyediakan beragam makanan dan minuman. Mungkin sah-sah saja, sejauh tidak terkategori berlebihan.
Sampai kadang lupa, bahwa aktivitas buka dan sahur adalah bagian dari ibadah puasa, yang tentu dalam mengamalkannya tidak boleh melenceng dari apa yang disunnahkan oleh Rasulullah Shallalahu alayhi wasallam. Jika tidak, boleh jadi kita berbuka dan sahur, tetapi makna dan manfaat secara nyata jauh dari kehidupan kita. Apalagi, kalau sampai ada makanan sahur dan buka puasa yang terbuang percuma.
Ibn Hajar Al-Atsqalani dalam kitab monumentalnya “Fathul Bari” menjelaskan keberkahan dimaksud meliputi; mengikuti sunnah, menyelisihi Ahlul Kitab, membantu menguatkan fisik dalam beribadah, menambah semangat, membantu menghilangkan sifat buruk yang bisa muncul dalam kondisi lapar, penyebab untuk bersedekah kepada orang yang memintanya ketika waktu sahur, atau sahur bersamanya, penyebab untuk berdzikir dan berdoa pada waktu dikabulkannya doa, serta merupakan kesempatan untuk berniat puasa bagi mereka yang lupa melakukannya sebelum tidur. Demikian itu adalah makna keberkahan makan sahur yang lebih utama. Jadi, amat rugi jika sampai tidak makan sahur.
Dengan demikian buka puasa atau pun sahur, jika ingin dilebihkan maka niatkanlah untuk disedekahkan kepada yang lain, baik tetangga maupun kerabat terdekat. Sebab, di situ ada berkah dan termasuk inti bagian sunnah.
Efektif Ibadah
Selain menyiapkan santap sahur dan buka puasa, hal penting yang harus dipahami oleh kaum ibu adalah bagaimana mengatur menu keduanya secara baik, sehingga semua aktivitas ibadah bisa dijalakan secara baik.
Saat sahur misalnya, seorang ibu hendaknya tidak semata-mata sibuk memasak, tetapi bangunkanlah suami dan anak-anak untuk kemudian menjalankan qiyamul lail, sehingga begitu masakan sudah siap, sahur bisa segera dilaksanakan dengan baik. Sangat baik, jika kemudian para istri dalam setiap malamnya bisa menyempatkan diri qiyamul lail sebelum atau sesudah makan sahur.
Dalam hal buka puasa, di sini biasanya sholat Maghrib sering kebobolan. Seorang istri harus bisa mengatur menu buka puasa, sehingga begitu adzan Maghrib berkumandang, suami atau pun istri tidak langsung makan berat, sehingga Maghrib berjama’ah tertinggal dan sholat pun dalam kondisi kekenyangan. Sebab tidak dibenarkan meninggalkan sholat hanya karena alasan berbuka puasa.
” إذا أفطر أحدكم فليفطر على تمر ، فإنه بركة ، فإن لم يجد تمرا فالماء ، فإنه طهور ” رواه أبو داود والترمذي .
”Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena dia adalah berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih.” (HR. at-Tirmidzi dan Abu Dawud rahimahumallah)
Dengan demikian, kurma hendaknya menjadi menu paling disiapkan agar anak dan suami bisa berbuka dan segera ke masjid untuk sholat Maghrib berama’ah, sehingga buka puasa semakin mengefektifkan ibadah wajib yang tidak terpisahkan dari kewajiban kita sebagai umat Islam.
Logikanya pun sederhana, jika berbuka cukup dengan seperti itu, lantas atas dasar apa kok banyak ibu-ibu yang hunting ta’jil untuk buka puasa? Itu pun belum termasuk aktivitas pagi, siang dan mungkin sore yang dihabiskan untuk hunting beragam bahan pokok makanan yang akan disantap saat buka puasa maupun sahur.
Menu Anjuran
Inilah bagian dari keindahan dan kesempurnaan Islam, untuk masalah apa yang baik dimakan saat buka puasa pun Rasulullah teladankan.
Jika memang memungkinkan, berusahalah buka puasa dengan makan kurma setengah matang (ruthab) dan segelas air putih, jika bisa air putih hangat dilanjutkan dengan konsumsi buah-buahan, karena keduanya mudah diserap oleh tubuh.
Adapun setelah sholat Maghrib, menu makan pun tidak harus mewah, malah yang sebaiknya adalah yang sederhana namun mengandung nutrisi seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Misalnya, dalam satu sajian terdapat nasi, sayuran, lauk nabati (tahu, tempe), lauk hewani (daging, ayam, ikan), buah-buahan (semangka, jeruk, melon, pepaya, dan lain-lain). Setelah itu, makan semua itu dengan seharusnya, yakni dengan tidak terburu-buru dalam mengunyahnya, sehingga kerja organ pencernaan bisa lebih ringan.
Insya Allah jika ini berhasil diamalkan dengan baik, maka puasa benar-benar memberikan manfaat langsung dan jangka panjang.
Langsung berupa kesehatan jiwa dan raga, keimanan dan ketaqwaan. Dan, jangka panjang, Allah menerima puasa kita, karena terbebas dari kemubadziran, pemborosan, dan semua momentum dalam puasa, terkhusus buka dan sahur bisa diisi sesuai sunnah Rasulullah, sehingga puasa yang dijalani benar-benar produktif dan komprehensif. Terwujudnya keluarga yang taqwa pun semakin dekat untuk menjadi kenyataan. Wallahu a’lam.*