Hidayatullah.com | SIFAT utama seorang Muslim adalah bersikap loyalitas terhadap sesama Muslim. Ketegasan ini bisa dibuktikan dengan sikap ta’awun, berinfaq, sedekah dan lainnya.
Secara kelembagaan, kepedulian Muslim bisa disaksikan dengan keberkahan yang dibangun oleh Baitul Maal. Selain itu adalah sikap saling mencintai, kuatnya silaturrahim dan saling bekerjasama, sebagaimana firman Allah Subhaahu Wata’ala.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An-Nisa : 1).
Nabi ﷺ bersabda dalam hadits yang shahih,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari dan Muslim).
” مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ “
“Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi.” (HR Tirmidzi)
Setelah memahami hal di atas, ada beberapa cara menumbuhkan sikap peduli di dalam keluarga Muslim di antaranya:
Pertama, menguatkan sholat jamaah sebagai upaya penguatan silaturrahim.
Kedua, saling berkunjung bila salah satu diantara kerabat mengalami kesulitan atau sakit.
Ketiga, bertegur sapa, menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
Keempat, saling menyantuni terhadap sesama terutama mereka yang perlu dibantu.
Kelima, menumbuhkan semangat amal jama’I,
Terhadap kepedulian ini perlunya kita memahaminya dengan sebuah izzah di antaranya.
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، ذَرْهَ
“Beribadahlah pada Allah SWT dengan sempurna jangan syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat, dan jalinlah silaturahmi dengan orangtua dan saudara.” (HR Bukhari).
Rasulullah ﷺ mengingatkan ancaman Allah SWT yang akan memutuskan kepedulian terhadap sesama dengan hamba yang tidak mempertahankan silaturahmi.
وَعَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – لَا يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعٌ – يَعْنِي: قَاطِعَ رَحِمٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim.” (HR. Bukhari & Muslim).*