SAAT itu, di kala India dan Pakistan masih bersatu, muncuat kelompok yang menyatakan diri mereka sebagai “ahlul hadits” yang melemparkan tuduhan bahwa madzhab Hanafy yang merupakan madzhab yang dianut mayoritas umat Islam di wilayah yang cukup luas itu adalah madzhab yang menyelesihi banyak hadits dan bahwa madzhab mengutamakan qiyas daripada hadits.
Meski madzhab Hanafy banyak memiliki kitab yang mencantumkan dalil, namun karena banyak tersebar di kitab-kitab, hingga perlu mengumpulkannya. Karena itu para ulama madzhab Hanafy di negeri itu pun menulis sejumlah kitab yang berkenaan dengan hadits serta dalil-dalil madzhab Hanafy. Para muhadditsin madzhab ini yang berasal dari India sendiri cukup banyak, Fiqh Ahlil Iraq wa Haditsuhum mencatat lebih dari 50 muhaddits.
Kisah Lahirnya Kitab I’la As Sunan
Salah satu di antara para ulama India yang terpanggil untuk menjawab tuduhan ini adalah Al Muhaddits Syaikh Ashraf Ali At Tahanuwy, dimana beliau segera menulis kitab Ihya’ As Sunan, yang merupakan kumpulan dalil-dalil shahih Imam Abu Hanifah dalam seluruh bab fiqih. Namun sayang kitab ini hilang dari penulisnya sebelum dicetak.
Tidak patah semangat, Syeikh Ashraf kembali menulis kitab serupa namun dengan metode berbeda dengan nama Jami’ Al Atsar yang merupakan kumpulan dalil-dalil yang digunakan oleh ulama Hanafiyah dan kitab Tabi’ Al Atsar yang merupakan pembahasan dalil-dalil yang dhahirnya bertentangan, dicetak tahun 1315 H.
Syeikh Ashraf masih merasa kurang puas dengan karya yang dicetak dalam dua jilid ini yang berhenti sampai bab shalat saja, sedangkan komentar tentang hadits baik sanad dan matannya cukup ringkas. Akhirnya Syeikh Ashraf menginginkan penulisan lebih lengkap menyangkut seluruh bab seperti harapan beliau. Akhirnya diputuskan untuk menulis kembali dengan bantuan Syeikh Hasan As Sanahbuli dengan matan hadits dan atsar bernama Ihya’ As Sunan sedangkan syarhnya bernama Taudhih Al Hasan. Namun setelah jilid pertama dicetak, Syeikh Ashraf memutuskan untuk tidak mencetak jilid selanjutnya karena dirasa masih banyak kekurangan.
Sampai akhirnya Syeikh Ashraf meminta bantuan kepada Al Muhaddits Syeikh Dhafar Ahmad Al Utsmani untuk menulis kembali dari awal bab shalat hingga akhir bab dalam masalah fiqih, di mana matan hadits dan atsar dinamai I’la As Sunan sedangkan kementar dan syarahnya Isda’ Al Minan, yang diterbitkan sebanyak 16 jilid.
Setelah Syaikh Ashraf wafat, maka namanya kitab digabungkan yakni I’la As Sunan yang kini terbit dalam 22 jilid yang ditaqiq oleh Al Muhaddits Ahmad Taqi Utsmani yang merupakan murid ulama Indonesia, Musnid Al Ashr Syeikh Muhammad Yasin Al Fadany dimana beliau menuliskan ijazah seluruh periwayatan khusus untuk ulama ini dengan nama Al Faidh Ar Rahmani. Kisah ini sendiri ditulis oleh Syeikh Al Muhaddits Ahmad Taqy Utsmany dalam muqadimah kitab yang disusun dalam 20 tahun ini (lihat, I’la As Sunan, 1/28-29).
I’la As Sunan ini menjelaskan hadits-hadits yang digunakan dalil dalam madzhab Hanafy yang jumlahnya mencapai 6123 hadits yang dijelaskan metode istidlal, sanad dan matanya dan derajatnya, serta jawaban terhadap kritikan pihak lain.
Disertakan pula dalam kitab ini Inha’ As Sakan yang merupakan muqadimah yang berkenanan dengan pembahasan ilmu hadits serta ushul fiqh dengan judul Fawaid fi Ulum Al Fiqh. Serta Inja’ Al Wathan yang membahas mengenai biografi Imam Abu Hanifah kedudukan beliau dalam derajat ulama hadits, pandangan beliau tentang Sunnah serta para biografi para huffadz dan muhadditsin pengikut madzhab Hanafy dengan menyebutkan 229 ulama
Muhaddits madzhab Hanafy muta’akhirin dari India yang juga menulis karya yang khusus untuk menunjukkan dalil-dalil madzhab Hanafy adalah Abdul Haq Ad Dihlawi hingga beliau menulis At Tibyan fi Adillah Madzhab Al Imam Abi Hanifah An Nu’man.
Latar Belakang Kitab Al Jawahir Al Munifah
Pengalaman yang terjadi pada ulama India ini juga dialami oleh ulama madzhab Hanafy lainnya yakni, Al Muhaddits Murtadha Az Zabidy.
Az Zabidy sendiri disebut oleh Syeikh Maimun Zubair dalam catatan beliau yang berjudul Al Ulama Al Mujaddidun wa Majalu Tajdidihim sebagai mujadid abad 12 yang merupakan guru dari kakek dari Syeikh Mahfudz Tremas yakni Kiai Abdul Mannan dalam periwayatan Ithaf As Sadah Al Muttaqin syarh Ihya Ulumiddin. Keilmuan Az Zabidy sendiri dalam hadits bisa dilihat dari takhrij hadits-hadits Ihya Ulumiddin yang melengapi takhrij Al Hafidz Al Iraqi. Karena begitu mendalamnya takhrij Az Zabidy, maka ketika Muhaddits Mesir Syeikh Muhammad Al Hafidz At Tijany menggabungkan takhrij keduanya dengan nama Nur Al Yaqin fi Takhrij Ahadits Ihya Ulumiddin, maka Ihya Ulumiddin yang dicetak dalam format kurasah atau jilidan tipis ini, tebalnya mencapai 80 jilid.
Az Zabidy yang awalnya berasal dari Yaman yang kemudian tinggal di Mesir ini sendiri telah menulis kitab yang berjudul Al Jawahir Al Munifah fi Ushuli Adillati Madzhab Al Imam Abi Hanifah yang berisi hadits-hadits yang diriwayatkan langsung oleh Imam Abu Hanifah dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengenai 447 permasalahan fiqih yang mayoritas derajatnya shahih dan hasan serta sebagian dhaif yang derajatnya terkuatkan.
Mengenai latar belakang penulisan kitab ini, beliau menyatakan bahwa kitab itu merupakan jawaban bagi pihak yang menuduh bahwa Imam Abu Hanifah lebih mengutamakan qiyas daripada hadits dan yang terjadi adalah sebaliknya bahwa beliau mengutamakan hadits daripada qiyas dan ini akan terlihat bagi siapa yang akrab dengan kitab-kitab madzhab beliau. Juga jawaban bagi yang menuduh bahwa beliau menggunakan hadits-hadits lemah untuk mendukung madzhabnya. (lihat, Al Jawahir Al Munifah, 1/5)
Kitab Takhrij Hadits Madzhab Hanafy
Disamping memiliki kitab-kiab khusus mengenai dalil madzhab, kitab-kitab takhrij hadits dalil-dalil Hadzhab Hanafy sendiri tidak sedikit, sebagaimana dicatat oleh Al Muhaddits Abdul Hayyi Al Kattani dalam Ar Risalah Al Mustatharrifah (hal. 188, 189). Sejumlah kitab yang mentakhrij hadits-hadits dalam kitab fiqih madzhab Hanafy antara lain Ath Thuruq wa Al Wasail fi Takhrij Ahadits Khulashah Ad Dalail oleh Abdul Qadir bin Muhammad Al Qursy yang merupakan takhrij dari hadits-hadits yang terdapat pada Khulashah Ad Dalalil fi Tanqihi Al Masail yang.
Demikian juga Takhrij Ahadits Syarh Al Mukhtar yang merupakan karya dari Al Hafidz Qasim bin Quthlubugha Al Hanafy. Ada pula Al Iniyahah fi Takhrij Al Ahadits Al Hidayah oleh Muhyiddin Al Qursy Al Hanafy juga Al Kifayah fi Ma’rifati Al Ahadits Al Hidayah oleh Alauddin Ali bin Utsman Al Mardini, juga Nashb Ar Rayah li Al Hadits Al Hidayah oleh Al Hafidz Az Zaila’i.
Jumlah kitab-kitab takhrij hadits dalil-dalil madzhab Hanafy ini sendiri secara tidak langsung menunjukkan bahwa tidak sedikit kitab-kitab fiqihnya yang memuat dalil-dalilnya.*