SALAMAH bin Al-Akwa’ berkata, “Seorang laki-laki makan di hadapan Rasulullah Shalallahu ‘Alahi Wasallam dengan tangan kirinya. Rasulullah berkata, ‘Makanlah engkau dengan tangan kananmu!’ Dia menjawab, ‘Aku tidak bisa.’ Rasulullah berkata lagi, ‘Benar tidak bisa?’
Laki-laki tersebut enggan makan dengan tangan kanan karena sombong. Tiba-tiba, tangannya tidak dapat diangkat ke mulutnya.” Demikian disebutkan dalam Sahih Muslim.
Tangan laki-laki tersebut lumpuh sebagai siksaan atas ketakaburan dirinya pada sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alahi Wasallam. Doa beliau mengakibatkan dia mendapat petaka. Apabila orang itu makan dengan tangan kanan dan mengikuti perintah Nabi Shalallahu ‘Alahi Wasallam yang tidak seberapa berat, dia tidak akan mendapatkan petaka seperti itu. Namun, dia tetap takabur. Oleh karena itu, tangannya lumpuh. Sebuah petaka yang layak kita renungkan dengan saksama.
Kisah ini menjelaskan makna penting kedudukan sunnah dalam Islam. Kisah tersebut juga mengingatkan kepada orang yang mengabaikan sunnah Nabi dan menyepelekannya. Sebab zaman sekarang, banyak sekali orang yang menyepelekan sunnah. Mereka bahkan memutarbalikkan sunnah Rasulullah untuk mengganjal jalan dakwah.
Banyak orang menolak, misalnya, cara makan seperti Nabi Shalallahu ‘Alahi Wasallam. Namun anehnya, mereka malah meniru penampilan orang lain dalam berpakaian, cara makan, dan cara minum. Gaya hidup orang kafir lebih dekat di hati mereka daripada gaya hidup Rasulullah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (An-Nur: 63). Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Apa yang diberikan oleh rasul kepadamu, terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu, tinggalkanlah.” (AI-Hasyr: 7).
Dalam hadis yang ditakhrij oleh Al-Turmudzi, Anas bin Malik menyebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alahi Wasallam berkata kepadanya, “Wahai Anakku! Jika pada waktu pagi dan sore dalam hatimu tidak ada keinginan untuk menipu orang, turutilah. Itu adalah sunnahku. Barangsiapa mengikuti sunnahku, sungguh ia telah mencintaiku. Barang siapa mencintaiku, ia akan bersamaku di surga.”*
Dari tulisan Sa’as Yusuf Abu ‘Azis dalam bukunya Azab-azab yang Disegerakan di Dunia.