Hidayatullah.com | SETIAP orang tentu pernah bepergian, baik jauh maupun dekat. Bertemu kembali dengan keluarga setelah beberapa saat berpisah, pasti menggembirakan. Namun harap diingat, kegembiraan itu jangan sampai membuat kita lupa diri. Ada adab-adab yang mesti diperhatikan.
- Shalat Sunnah
Hendaknya shalat sunnah dua raka’at kemudian berdo’a dengan do’a Istikharah. Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kami shalat Istikharah untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana beliau mengajarkan al-Qur-an.
Nabi ﷺ bersabda: ‘Apabila seseorang di antara kalian mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaklah melakukan shalat sunnat (Istikharah) dua raka’at kemudian membaca do’a;
“اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ، اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمِّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِي وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ.”
Allaahumma innii astakhiiru bi’ilmika wa astaqdiru bi qudratika as’aluka min fadhlikal a’zham fainnaka aqdiru wa ta’lamu wa laa a’lamu wa anta ‘allaamul ghuyuubu. Allaahumma in kunta ta’lamu anna hadzal amra khairunlii fi diini wa ma’aasyi wa aaqibati amri faqdirhuli wa yassirhu lii tsumma baariklii fiihi wa in kunta ta’lamu anna hadzlamra syarrunlii fii diini wa ma’aasyi wa aaqibati amri fashrifhu ‘anni fashrifni ‘anhu waqdirliyal khaira haautsu kaana tsumma ardhini bihi innaka ‘alaa kulli syai’in qadiir.
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu-Mu dan aku memohon kekuatan kepada-Mu (untuk mengatasi persoalanku) dengan ke-Mahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu sesuatu dari anugerah-Mu Yang Mahaagung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahui dan Engkau-lah Yang Mahamengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendak-nya menyebutkan persoalannya) lebih baik dalam agamaku, penghidupanku, dan akibatnya ter-hadap diriku -atau Nabi ﷺ bersabda: ‘…Di dunia atau Akhirat’- sukseskanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agamaku, penghidupanku, dan akibatnya terhadap diriku, atau -Nabi ﷺ bersabda: ‘…Di dunia atau akhirat,’- maka singkirkanlah persoalan tersebut, dan jauhkanlah aku dari padanya, takdirkan kebaikan untukku dimana saja kebaikan itu berada, kemudian berikanlah keridhaan-Mu kepadaku.” [HR. Al-Bukhari no. 1162, 6382 dan 7390].
- Membaca Doa Perjalanan
Dalam hadiss Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, ia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اسْتَوَى عَلَى بَعِيرِهِ خَارِجًا إِلَى سَفَرٍ، كَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: «سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا، وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ، اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ»
“Rasulullah ﷺ ketika naik ke untanya untuk pergi safar, beliau bertakbir 3x kemudian mengucapkan:
Subhaanalladzi sakhkhoro lanaa hadza wamaa kunna lahu muqrinin. Wainnaa ila robbinaa lamunqolibuun. Allahumma innaa nas’aluka fi safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardhoa. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘annaa bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli
“Maha Suci Allah yang telah menundukkan kendaraan ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. Ya Allah kami memohon kebaikan dan ketaqwaan dalam safar kami dan keridhaan dalam amalan kami. Ya Allah mudahkanlah safar kami ini. Lipatlah jauhnya jarak safar ini. Ya Allah Engkaulah yang menyertai kami dalam safar ini, dan pengganti yang menjaga keluarga kami. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan safar ini, dari pemandangan yang menyedihkan, serta dari tempat kembali yang buruk baik dalam perkara harta dan perkara keluarga)” (HR. Muslim no. 1342)
- Melakukan safar (perjalanan) dengan dua orang atau lebih
Sebagaimana hadits: اَلرَّاكِبُ شَيْطَانٌ وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ وَالثَّلاَثَةُ رَكْبٌ
“Satu pengendara (musafir) adalah syaitan, dua pengendara (musafir) adalah dua syaitan, dan tiga pengendara (musafir) ialah rombongan musafir.”[HR Abu Dawud].
- Mengangkat pemimpin yang paling sholeh dalam perjalanan, yaitu hendaknya menunjuk seorang ketua rombongan dalam safar, sebagaimana hadits.
إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِيْ سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوْا أَحَدَكُمْ
“Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan.”[HR Abu Dawud].
Rasulullah ﷺ juga bersabda,
لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا وَلاَ يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِىٌّ
“Janganlah engkau berteman melainkan dengan orang yang beriman”
- Perjalanan di malam hari
Nabi sangat menyukai untuk memulai bepergian pada waktu ad-Dulajah, yaitu awal malam atau sepanjang malam. Hal ini sebagaimana hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu.
Rasulullah ﷺ bersabda : “عَلَيْكُمْ بِالدُّلْجَةِ فَإِنَّ الأَرْضَ تُطْوَى بِاللَّيْلِ.”
“Hendaklah kalian bepergian pada waktu malam, karena seolah-olah bumi itu terlipat pada waktu malam.” [HR. Abu Dawud no. 2571 dan al-Hakim II/114, I/445]
- Berpamitan kepada keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan
Rasulullah ﷺ senantiasa berpamitan kepada para Sahabatnya ketika akan safar (bepergian). Nabi mengucapkan do’a kepada salah seorang di antara mereka, dengan do’a;
أَسْتَوْدِعُ اللهَ دِيْنَكَ وَأَمَانَتَكَ وَخَوَاتِيْمَ عَمَلِكَ.
“Aku menitipkan agamamu, amanahmu dan perbuatanmu yang terakhir kepada Allah.” [HR. Ahmad].
- Shalat dua raka’at di masjid ketika tiba dari safar (perjalanan), sebagaimana hadits berikut
إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ ضُحًى دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ
“Sesungguhnya apabila Nabi ﷺ telah tiba dari bepergian pada saat Dhuha, beliau masuk ke dalam masjid dan kemudian shalat dua raka’at sebelum duduk.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
- Bersegera pulang jika memang ibadahnya sudah selesai
Bepergian, khususnya yang jauh, merupakan sebuah safar yang melelahkan sehingga dianjurkan untuk segera pulang jika sudah selesai. Rasulullah ﷺ bersabda, ”Bepergian itu sebagian dari siksaan, (karena dengan bepergian) salah satu dari kalian akan terhalang dari makanan, minuman dan tidurnya. Jika salah satu dari kalian telah melaksanakan hajatnya dari bepergian, maka bersegerlah pulang ke keluarganya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
- Membawa hadiah dan oleh-oleh untuk keluarganya
Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika salah satu dari kalian pulang dari kepergiannya, maka berilah hadiah kepada keluarganya dan berilah mereka oleh-oleh walaupun itu batu.” (Riwayat Daruqutni).
- Usahakan pulang ke rumah pada siang hari
Meski datang pada malam hari, hendaknya menunggu siang hari ketika mau pulang ke rumahnya. Ini didasarkan pada sabda Nabi ﷺ
ى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَطْرُقَ أَهْلَهُ لَيْلاً
“Rasulullah ﷺ telah melarang seseorang untuk mengetuk (pintu rumah) keluarganya pada waktu malam hari.” [HR. Bukhari dan Muslim]
- Dianjurkan menggunakan pakaian yang rapi dan enak dipandang mata agar keluarganya senang
Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya kalian itu mendatangi saudara-saudara kalian, maka rapikanlah pakaian kalian, perbaikilah cara jalan kalian, sehingga kalian bagaikan syiar bagi manusia…” (Riwayat Abu Daud).
- Dianjurkan berjabat tangan dan merangkul keluarga atau orang yang menyambutnya
Selain keluarganya, laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan. Diriwayatkan, Ibnu Uyainah memeluk Ja’far dan menciumnya ketika datang dari kota Habasyah. Demikian pula Rasulullah ﷺ mencium Zaid bin Haritsah dan memeluknya ketika datang ke kota Madinah. Mencium dalam Hadits ini menurut para ulama adalah mencium di antara kedua matanya (dahi). (Futuhat Rabaniyah: 5/173).
- Ketika sampai di kampungnya, membaca doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ, yaitu:
تَائِبُونَ أَيِبُوْنَ عَابِدُوْنَ سَاجِدُوْنَ لِرَبِّنَا سَاجِدُوْنَ
“Orang-orang yang bertobat, orang-orang yang kembali, orang-orang yang beribadah, orang-orang yang sujud, untuk Tuhan kami orang-orang memuji. Beliau membaca doa ini hingga ke kota Madinah.” (Riwayat Bukhari).*