Agar bisa selamat dunia akhirat, setiap aktifitas yang kita lakukan hendaklah selalu mengarahkan kita kepada ketaqwaan kepada Allah SWT
Hidayatullah.com | SETIAP manusia memiliki suatu harapan dan impian yang sama dalam menjalami kehidupan ini, tidak lain dan tidak bukan ingin selamat dunia akhirat, ingin bahagia di dunia dan di akhirat. Akan tetapi banyak di antara manusia menggapai tujuan itu dengan cara yang salah sehimgga dia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan malah menjerumuskan dia kesulitan dan kesengsaraan.
Untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirat itu hendaknya kita menjalani hari demi hari ini dengan menjalankan tupoksi kita sebagai manusia yaitu abdullah dan khalifatullah dengan sebaik mungkin. Dalam Al-Qur’an Surah al-Hasyr:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: Al-Hasyr: 18).
Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mempersiapkan hari esok yang lebih baik, di dalam ayat di atas dimulai dengan bertaqwa dan di akhiri dengan perintah yang sama. Ini mengisaratkan kita bahwa dalam mengisi kehidupan hendaklah selalu di mulai dengan ketakwaan, mengarah kepada ketaqwaan, dan di akhiri dengan ketaqwaan.
Artinya bahwa setiap aktifitas yang kita lakukan hendaklah selalu mengarahkan kita kepada ketaqwaan kepada Allah SWT. Lalu bagaimana cara kita agar bisa selamat dunia dan akhirat itu?
Jawabanya adalah dengan kita merancang hari demi hari dengan melaksanakan 5 “M”
Pertama, mu’ahadah
Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian kontrak yang telah kita ikrarkan kepada Allah SWT. Sebelum kita lahir ke dunia kita sudah membuat suatu perjanjian kepada Allah SWT, pada saat itu Allah bertanya kepada kita alastu bi rabbikum (apakah engkau meyakini aku Tuhan mu) maka kita semua menjawab balaa syahidna (benar, kami bersaksi engkau adalah Tuhan kami) itulah perjanjian kita kepada Allah SWT.
Dengan kita mengingat perjanjian ini artinya kita akan menyerahkan sepenuhnya jiwa dan raga kita kepada Allah SWT, dan ini juga akan memantapkan aqidah, wujudnya terefleksi minimal 17 kali sehari semalam dalam kita melaksanakan sholat 5 waktu.
Kedua, mujahadah
Mujahadah berarti bersungguh hati dalam melaksanakan ibadah dan melaksanakn amal sholeh, sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan pada kita. Dengan bermujahadah maka akan tampak keseriusan kita bahwa kita sangat membutuhkan Allah didalam menjalani kehidupan ini.
Orang-orang yang selalu bermujahadah merealisasikan keimananya dengan beribadah dan beramal shaleh di janjikan akan mendapatkan petunjuk jalan kebenaran untuk menuju rido Allah SWT. Oleh sebab itu, hendaknya kita selalu bermujahadah dalam melaksanakan segala aktifitas kita baik ibadah mahdo maupun ibadah ghairu mahdhah.
Ketiga, muroqabah
Muroqabah adalah merasa selalu diawasi oleh Allah SWT segala tingkah laku kita di dunia ini, sehingga dengan kesadaran ini mendorong manusia senantiasa melaksanakan perintah Allah dengan rajin dan ikhlas serta menjauhi segala apa-apa yang dilarang-Nya.
Syekh Ahmad bin Muhammad Ibnu Al-Husain Al-Juariry mengatakan, “Jalan kesuksesan itu dibangun di atas dua bagian. Pertama, hendaknya engkau memaksa jiwamu muroqabah oleh Allah SWT. Kedua, hendaknya ilmu yang engkau miliki tampak di dalam prilakumu sehari-hari.”
Artinya bahwa, ketika kita ingin melakukan seasuatu yang berbau maksiat, maka ingatlah bahwasanya kita tidak akan pernah luput dari pengawasan Allah SWT sehingga kita harus pandai memilih jalan yang akan kita lalui.
Keempat, muhasabah
Muhasabah adalah inropeksi diri, menghitung amalan-amalan apa yang telah kita lakukan selama ini. Manusia yang beruntung adalah manusia yang tahu diri, dan selalu mempersiapkan dirinya agar selamat dunia akhirat.
Dengan bermuhasabah maka kita akan selalu menggunakan waktu kita dengan sebaik mungkin, jangan sampai kejahatan dosa yang kita lakukan lebih banyak dari amal shaleh yang kita kerjakan, segeralah untuk muhasabah diri kita sebelum allah yang memuhasabah kita di yaumil akhir nanti.
Kelima, mu’aqabah
Mu’aqabah artinya pemberian sanksi terhadap diri sendiri. Apabila melakukan kesalahan atau sesuatu yang bersifat dosa maka ia akan segera menghapus perbuatan itu dengan melakukan perbuatan amal shaleh.
Di dalam ajaran Islam, orang baik adalah orang yang manakal berbuat salah, maka ia bersegera mengakui bahwa dirinya salah, kemudian bertaubat, dalam arti kembali ke jalan Allah SWT dan berniat serta berupaya semaksimal mungkin untuk tidak akan pernah mengulangi kesalahan itu lagi.
Mudahan kita semua termasuk orang yang dijanjikan oleh Allah SWT sebagai orang yang beruntung, dan bisa mendapatkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Wallahua’lam.*/M. Fibra Wijaya