Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pasang surut kehidupan umat datang silih berganti. Ada masa di mana umat mengalami kejayaan dan kemuliaan. Namun di masa yang lain, mengalami kehinaan dan kesengsaraan.
Sebagai umat Islam di tanah air yang menjadi bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia ini, kita harus mengetahui faktor-faktor yang menjadi sebab suatu umat mengalami kehancuran dan kerusakan.
Sejak jauh-jauh zaman, Rasul ﷺ telah menyampaikan tanda-tanda kehancuran suatu umat. Tugas kita setelah mengetahuinya adalah berupaya mencegah hal ini sampai terjadi dan jika sudah terjadi, maka segera kita harus hentikan. Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ عَبْدًا نَزَعَ مِنْهُ الْحَيَاءَ فَإِذَا نَزَعَ مِنْهُ الْحَيَاءَ لَمْ تَلْقَهُ إِلَّا مَقِيتًا مُمَقَّتًا فَإِذَا لَمْ تَلْقَهُ إِلَّا مَقِيتًا مُمَقَّتًا نُزِعَتْ مِنْهُ الْأَمَانَةُ فَإِذَا نُزِعَتْ مِنْهُ الْأَمَانَةُ لَمْ تَلْقَهُ إِلَّا خَائِنًا مُخَوَّنًا فَإِذَا لَمْ تَلْقَهُ إِلَّا خَائِنًا مُخَوَّنًا نُزِعَتْ مِنْهُ الرَّحْمَةُ فَإِذَا نُزِعَتْ مِنْهُ الرَّحْمَةُ لَمْ تَلْقَهُ إِلَّا رَجِيمًا مُلَعَّنًا فَإِذَا لَمْ تَلْقَهُ إِلَّا رَجِيمًا مُلَعَّنًا نُزِعَتْ مِنْهُ رِبْقَةُ الْإِسْلَامِ
“Apabila Allah Azza wa Jalla hendak membinasakan seorang hamba, maka Dia akan mencabut rasa malu darinya. Jika rasa malu sudah dicabut darinya, maka kamu akan mendapatinya dalam keadaan sangat dibenci. Jika kamu tidak mendapatinya melainkan dalam keadaan sangat dibenci, maka akan dicabut amanah darinya. Jika amanah telah dicabut darinya, maka kamu tidak mendapatinya kecuali dalam keadaan menipu dan tertipu.
“Jika kamu tidak menjumpainya melainkan dalam keadaan menipu dan tertipu, maka akan dicabut darinya sifat kasih sayang. Jika dicabut darinya kasih sayang, kamu tidak akan menjumpainya kecuali dalam keadaan terlaknat lagi terusir. Dan jika kamu tidak menjumpainya melainkan dalam keadaan terlaknat lagi terusir, maka akan dicabut darinya ikatan Islam.” (HR. Ibnu Majah)
Berdasarkan hadits tersebut, kita temukan ada tiga perkara, jika dimiliki oleh umat Islam, baik sebagai pribadi, keluarga, atau jemaah, maka bisa menjadi sebab kehancurannya. Pertama, hilangnya rasa malu dari diri seorang hamba. Malu dikategorikan salah satu cabang iman.
Nabi ﷺ mengajarkan agar umatnya memiliki sifat malu. Sabda beliau;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh ﷺ, ‘Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.Dan malu itu termasuk bagian dari iman.” (HR: al-Bukhâri).
Dengan adanya rasa malu, kita akan menahan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, sehingga terhindar dari penyimpangan serta pelanggaran, baik pelanggaran norma agama atau masyarakat.
Sebaliknya, jika kita sudah tidak punya rasa malu, maka akan banyak keburukan yang kita lakukan, tanpa peduli bahwa apa yang kita lakukan itu melanggar larangan agama, tanpa peduli pada keburukan yang timbul darinya.
Malu itu adalah menahan diri dari hal-hal yang tidak semestinya, sebagai bentuk malu kepada Allah dan bentuk pengharapan terhadap apa yang ada di sisi-Nya. Sementara sikap malu yang menghalangi kita untuk berdakwah, amar ma’ruf nahi munkar, atau menyatakan kebenaran, bukanlah kategori malu, namun sifat pengecut dan kelemahan.
Rasa malu adalah sifat mulia yang membawa kita menuju keluhuran akhlak dan amal berkualitas serta menghalangi kita melakukan akhlak tak baik yang mendasari kita bersikap malu tersebut.
Kaum Muslimin
Kedua, lenyapnya sikap amanah. Ada banyak amanah yang harus kita emban dalam kehidupan ini. Allah SWT telah banyak memberikan amanah pada diri kita yang harus kita jaga baik-baik.
Amanah tidak hanya berhubungan dengan harta dan jabatan, tapi ada hal lain seperti amanah berupa nikmat-nikmat yang melekat pada tubuh kita. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, semuanya titipan dari Allah yang harus kita rawat dan jaga dengan sebaik-baiknya.
Kesempurnaan iman diraih dengan menjaga amanah. Semakin diri kita bersikap amanah semakin meningkatkan kualitas iman kepada Allah. Semakin diri kita mudah melalaikan dan mengkhianati amanah, akan semakin menjadikan iman kita merosot dan rusak.
Oleh karena itu, keimanan kita sangat tergantung pada apakah kita bisa menjalankan amanah atau justru berkhianat. Sifat orang mukmin adalah amanah. Sedangkan sifat orang munafik adalah khianat amanah.
Jemaah Shalat Jumat
Ketiga, penyebab kehancuran suatu umat adalah hilangnya rasa kasih sayang. Berkasih sayang sebagai sesama umat Islam mau pun sebagai sesama umat manusia merupakan salah satu kunci kekuatan dan keberhasilan dalam membangun sebuah peradaban.
Sikap ini tercermin dari saling menghormati, berbaik sangka, tolong menolong, dan mendahulukan kepentingan orang banyak daripada kepentingan diri pribadi serta kelompoknya.
Jika sikap kasih sayang sudah tercerabut pada diri kita, kita khawatir akan menjadi sebab permusuhan, pertumpahan darah, sampai peperangan yang tak berkesudahan. Oleh karena itu, kita miliki kasih sayang atau sifat rahmah sebagai wujud keseriusan kita dalam mengindari kehancuran diri kita dan umat pada umumnya.
Ibnu Qayyim berkata,
والله سبحانه إذا أراد أن يرحم عبدا أسكن في قلبه الرأفة والرحمة، وإذا أراد أن يعذبه نزع من قلبه الرحمة والرأفة، وأبدله بهما الغلظة والقسوة
“Jika Allah SWT hendak merahmati seorang hamba maka Dia akan meletakkan di dalam hatinya sifat kasih sayang. Sebaliknya, jika Dia ingin menyiksanya, maka dicabutlah dari hatinya sifat kasih dan sayang serta mengganti keduanya dengan amarah dan keras hati.”
Demikianlah khutbah pada siang ini. Semoga Allah Ta’ala menghindarkan kita dari faktor-faktor kehancuran dan menganugerahkan kepada kita kasih sayang, sikap amanah, dan rasa malu.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ