Hakikat hijrah adalah meninggalkan keburukan dan hijrah dengan kembali kepada Allah SWT dan Rasul-Nya ﷺ dengan cara bertobat dan beramal saleh lebih baik, inilah ringkasan khutbah jumat kali ini
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Hidayatullah.com | SETELAH dibebaskanya kota Makkah (Fathul Makkah), sudah tidak ada lagi hijrah. Namun hijrah dalam makna yang lain masih ada dan harus terus kita amalkan.
Di antara bentuknya dengan meninggalkan keburukan dan menuju Allah serta Rasul-Nya. Di bawah ini teks lengkap khutbah Jumat kali ini:
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Penanggalan kalender Islam, seperti yang kita ketahui, adalah berdasarkan fakta sejarah terjadinya hijrah Rasul ﷺ dari kota Makkah ke kota Madinah. Diawali dari bulan Muharram dan berakhir di bulan Zulhijah.
Peristiwa hijrah Rasul ﷺ sendiri merupakan peristiwa yang sangat istimewa. Letak keistimewaan ada pada perjuangan yang tak kenal lelah dan pengorbanan yang tidak ada habis-habisnya, demi menyiarkan agama Islam, membawa cahaya keselamatan bagi umat manusia.
Semuanya tidak ada yang sia-sia. Hari ini kita bisa menikmati jerih payah perjuangan Rasul dan para sahabatnya dengan kita menjadi pengikut beliau yang beriman dan semoga keimanan ini tetap menyertai kita sampai kita dipanggil oleh Allah SWT.
Setelah peristiwa pembebasan kota Makkah yang dikenal dengan istilah Fathu Makkah, Rasul menyatakan, “Tidak ada hijrah setelah pembebasan.”
Kita jadi bertanya-tanya, apa yang dimaksud tidak ada hijrah. Maksud dari ungkapan beliau ini adalah bahwa tidak ada kewajiban hijrah dari kota Makkah, layaknya beliau dan para sahabat.
Namun hijrah dalam makna yang lain masih ada dan harus terus kita amalkan. Bentuknya dengan meninggalkan keburukan dan menuju Allah serta Rasul-Nya. Karenanya Rasul ﷺ bersabda :
إِنَّ الْهِجْرَةَ خَصْلَتَانِ إِحْدَاهُمَا أَنْ تَهْجُرَ السَّيِّئَاتِ وَالْأُخْرَى أَنْ تُهَاجِرَ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَلَا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ مَا تُقُبِّلَتْ التَّوْبَةُ وَلَا تَزَالُ التَّوْبَةُ مَقْبُولَةً حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ الْمَغْرِبِ فَإِذَا طَلَعَتْ طُبِعَ عَلَى كُلِّ قَلْبٍ بِمَا فِيهِ وَكُفِيَ النَّاسُ الْعَمَلَ
“Hijrah itu dua macam. Yang pertama adalah kamu meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa. Yang kedua adalah kamu berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Kewajiban Hijrah tidak akan terputus selama taubat masih diterima, dan taubat akan senantiasa diterima sampai matahari terbit dari barat. Jika matahari sudah terbit dari barat maka setiap hati akan distempel dengan apa yang ada di dalamnya, dan manusia sudah tertutup dari amalan.” (HR. Ahmad)
Dari hadist di atas, hijrah dikelompokkan menjadi dua bagian. Keduanya harus kita kerjakan dalam hidup ini sampai kematian menjemput kita.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Pertama, hijrah dalam bentuk meninggalkan semua keburukan dan kemunkaran. Apa saja dari kebaikan yang telah diajarkan dalam agama kita, maka kita harus melaksanakannya.
Demikian pula segala keburukan dan kebatilan harus senantiasa kita jauhi serta kita tinggalkan. Bagian hijrah yang pertama ini terpampang jelas dalam Al-Quran di mana Allah SWT berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. Al-Ma’idah : 90).
Demi keberlangsungan kehidupan yang harmonis, indah, dan berkah, kita harus menjatuhkan pilihan sebagai pelaksana hijrah yang bertujuan meninggalkan segala bentuk keburukan, sebab keburukan pasti akan membawa kepada kesengsaraan. Rasul ﷺ bersabda :
المُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ
“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah atasnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kedua, hakikat hijrah yang harus kita amalkan adalah hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Kehidupan di atas dunia yang sarat godaan kerap menjadi pemicu terjadinya keburukan dan kemaksiatan. Dosa sebagai akibat perbuatan buruk ini membuat kita jauh dari Allah dan Rasul-Nya. Solusinya satu, tobat dan kembali kepada Allah.
Mungkin saja ditambah dengan hijrah secara fisik, yaitu dengan meninggalkan tempat atau lingkungan yang tidak mendukung pengokohan iman.
Allah SWT berfirman :
وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً ۗوَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
“Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nisaa’ : 100).
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Ada banyak kisah yang bisa kita pelajari tentang orang yang hijrah kepada Allah. Salah satunya, diceritakan bahwa di sebuah daerah, hiduplah seorang pemabuk, preman, dan biang kriminal.
Suatu hari, para pemuda di wilayahnya hendak mengadakan majelis pengajian, tapi takut kepadanya. Mereka khawatir akan didamprat olehnya. Konon, tubuhnya kebal dan penuh ilmu jahat.
Mendengar berita itu, Habib Mundzir al-Muswa, pendiri dan pimpinan Majelis Rasulullah datang ke rumahnya. Habib Mundzir mengucapkan salam, tapi tidak dijawab. Dia hanya mendelik dengan bengis, sambil melihat Habib Mundzir dari atas ke bawah. “Mau apa?!”
Habib Mundzir mengulurkan tangan dan preman itu juga ikut mengulurkan tangannya. Habib Mundzir mencium tangannya, lalu memandangi wajahnya dengan lembut dan benuh keramahan.
Habib Mundzir berkata dengan suara rendah nan lembut, “Saya mau mewakili pemuda sini, mohon doa restu dan izin bapak, agar mereka diizinkan membuat majelis di mushala dekat sini.”
Preman itu terdiam, tubuhnya lemas dan tertunduk lesu di kursinya. Ia menunduk dan menutup kedua matanya.
Ketika ia mengangkat kepalanya, Habib Mundzir tersentak. Habib Mundzir mengira bahwa preman itu akan menghardik atau mengusir.
Ternyata wajahnya merah dan matanya basah penuh air mata. Ia menangis tersedu-sedu. “Seumur hidup, belum pernah ada kiai datang ke rumah saya. Tapi kini, pak ustadz datang ke rumah saya dan mencium tangan saya. Padahal tangan ini belum pernah dicium siapa pun. Bahkan anak-anak saya pun jijik pada saya. Mereka tidak pernah mencium tangan saya.”
“Semua tamu saya adalah penjahat, mengadukan musuhnya untuk dibantai, menghamburkan uangnya kepada saya agar saya mau berbuat jahat lagi dan lagi. Kini, datang tamu minta izin pengajian suci pada bajingan seperti saya?”
Preman itu menciumi tangan dan kaki Habib Mundzir dengan menangis. Ia bertobat. Sekarang, mantan preman itu sudah salat, meninggalkan minuman keras dan segala macam tindak kriminal.
Dulu, dia hobi mabuk. Dan jika sudah mabuk, tak ada orang di kampung itu yang berani keluar rumah. Sekarang terbalik, ia menjadi pengaman di sana, tak ada orang yang mabuk berani keluar rumah jika ada dia.
Bahkan kini, ia menjadi koordinator mushala, mengatur teman-temannya (para preman) untuk membersihkan mushala. Para anak buahnya diperintahkan hadir ke majelis untuk ikut pengajian.
Demikian khutbah Jumat pada siang hari ini. Ada dua hakikat hijrah yang berlaku bagi siapa saja dan dalam kondisi apa pun. Kita harus hijrah dari keburukan dan hijrah dengan kembali kepada Allah SWT dan Rasul-Nya ﷺ.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَ