Hidayatullah.com | BILA disebut tokoh pembaharu di tanah Jawa, maka tidak bisa dilepaskan dari trio figur berikut: Syekh Ahmad Soorkati (Al-Irsyad), KH. A. Dahlan (Muhammadiyah) dan Ustadz. A. Hasan (Persis). Tak berlebihan jika Hamka dalam pidato berjudul “Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia” (1958: 15-22) mengatakan demikian, “…di tanah Jawa ada tiga orang ulama yang menerima ajaran itu –pembaharuan– dan menyiarkan dan memperjuangkannya, masing-masing di daerahnya, yaitu: (1) Syekh Ahmad Soorkati (2) K.H. Ahmad Dahlan (3) Syekh Ahmad Hassan.”
Dalam buku “A. Hassan Wajah dan Wijhah Seorang Mujtahid” (1985: 23) disebut keunikan 3 pembaharu di tanah jawa tersebut. Semua namanya diawali dengan Ahmad: Ahmad Soorkati, Ahmad Dahlan dan Ahmad Hassan. Tulisan ini akan membicarakan secara khusus hubungan antara A. Hassan dengan Syekh Soorkati. Semoga paparan singkat ini bisa sedikit membuka wawasan bagaimana hubungan antara para pembaharu Islam Indonesia ini.
Penulis mulai dengan buku Tamar Djaja yang berjudul “Riwayat Hidup A. Hassan” (1980). Pada halaman 119, disebutkan bahwa hubungan A. Hassan dengan Syekh Ahmad Soorkati sangat rapat.
A. Hassan bahkan mengaku bahwa Soorkati adalah gurunya yang membuka banyak persoalan bila sedang berkata-kata. Selain itu, dalam halaman 127, disebutkan bahwa beliau (A. Hassan) adalah seorang anggota “Majlis Fatwah wat Tarjih” dalam perkumpulan Al-Irsyad. Ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua tokoh memang benar-benar dekat.
Data tersebut terkonfirmasi pada buku “Al-Irsyad” (1985) karya Hussein Abdullah Badjerei. Pada halaman 17, disebutkan bahwa A. Hassan di samping menjadi sahabat, juga sempat menimba ilmu kepada Soorkati. Lebih dari itu (hal. 18), berdasarkan Muktamar Al-Irsyad tahun 1939, A. Hassan diangkat oleh Soorkati menjadi salah seorang anggota Majelis Iftaa’ Wattarjih mendampingi Soorkati bersama ulama lain.
Di buku ini juga ada informasi tambahan bahwa A. Hassanlah yang memperkenalkan Soorkati kepada sosok Bung Karno ketika menjalani pembuangan di Ende lewat brosur dan buku karya Soorkati. Bila dilihat dari buku Prof. Dr. Syafiq Mughni, keterkaitan A. Hassan dengan Soorkati malah sejak berada di Singapura. Sekitar tahun 1914-1915, Hassan mendapat buku berjudul “Kafa’ah” karya Ahmad Soorkati yang intinya muslim dan muslimah boleh kawin tanpa memandang derajat (Hassan Bandung Pemikir Islam Radikal, 1980: 20).
Ini diperkuat oleh catatan Deliar Noer (87) bahwa pada tahun 1914, A. Hassan telah mendapati buku Syekh Ahmad Soorkati berjudul “Surah al-Jawab” tentang Kafa’ah. Demikianlah data singkat terkait hubungan antara A. Hassan dengan Syekh Ahmad Soorkati. Bagi para pembaca yang ingin menambahkan data, penulis sangat bersenang hati.
Tulisan ini, akan penulis akhiri dengan sabda Nabi:
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Roh-roh itu seperti prajurit yang berkelompok-kelompok, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan saling berselisih.” (HR. Muslim).
Bahasa sederhananya, orang yang di alam arwah sudah sambung, saling mengenal, satu frekuensi, maka ketika sudah di dunia (pas kopdarnya) biasanya juga akan sambung. Entah itu lewat pemikiran, persahabatan, passion dan istilah semacamnya.
Penulis melihat, sejak di Singapura –walau belum bertemu– A. Hassan sudah satu frekuensi dengan Syekh Ahmd Soorkati. Lalu, di kemudian hari ternyata sama-sama menjadi tokoh pembaharu di tanah Jawa. Besar kemungkinan, di alam arwah mereka sudah saling kenal, akrab, sebagaimana pemaparan hadits di atas.
Kita tentu ingin frekuensi kita disambungkan Allah dengan ulama. dai dan tokoh-tokoh yang peduli dengan perjuangan Islam. Maka sejauh yang kita bisa, seperti yang dikemukakan kata bijak Arab berikut:
فتشبهوا إن لم تكونوا مثلهم إن التشبه بالكرام فلاح
Fatasyabbahu in lam takuunu mitslahum. Innat Tasyabbuha bil Kiraami Falah.
“Maka berusahalah kamu mengikut jejak mereka (orang soleh) walaupun kamu tidak jadi seperti mereka. Sesungguhnya mengikut jejak langkah orang yang mulia adalah suatu keberuntungan.” *