DALAM mengarungi kehidupan, manusia selalu diintai dan dimata-matai untuk kemudian digelincirkan oleh musuh-musuh abadinya. Siapa lagi kalau bukan setan. Salah satu kehebatan setan, yang seringkali membuat manusia terpedaya dan kalah adalah kepintarannya menjadikan karakter negatif sebagai sumber kenikmatan di dunia.
Lihat bagaimana Allah azza wa jalla melukiskan kepiawaian setan:
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Q.S. Al An’aam: 112).
Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, semakin tinggi kepintaran setan memperdaya manusia. Karakter-karakter negatif yang ditiupkan pun seringkali berlipat ganda. Sehingga sekali seorang muslim, ahli ibadah, atau abid berbuat dosa, biasanya tidak tanggung-tanggung.
Begitu sadiskah setan? Ya. Karena setan telah menanamkan dendam tak berujung pada manusia. Sadar akan hal ini membuat manusia senantiasa khawas atau waspada terhadap godaan setan.
Karakter-karakter negatif yang seringkali ditiupkan oleh setan pada manusia adalah dengki, iri hati, sombong, serakah, dendam, amarah, ambisius, ketidakjujuran, dan zalim. Karakter-karakter inilah yang menjadi ranjau dan bertebaran di atas jalan kehidupan.
Lalu bagaimana membentengi diri dari ranjau-ranjau karakter negatif ini?
Bersihkan hati dengan zikir jika diri ingin terbentengi dari jeratan setan. Kenapa demikian? Ibnu Abbas r.a. dengan tegas mengatakan bahwa setan bercokol dalam kalbu (qalb) seorang hamba. Apabila hamba itu berzikir, menyebut nama Allah, setan pun bersembunyi; dan apabila ia lupa, setan kembali menggodanya.
Inilah kelemahan setan yang dapat diketahui oleh manusia dan dijadikan senjata ampuh untuk memerangi setan. Kenapa zikir begitu ampuh? Tahukah, bahwa sesungguhnya zikir adalah benteng paling besar dalam kehidupan dan ia merupakan senjata ampuh, digjaya bagi orang-orang beriman yang tangguh.
Ia merupakan diwan para nabi, benteng kokoh ahli ibadah, dan pedang bagi orang-orang arif. Karena itu zikir menjadi pengusir ampuh bagi tipu daya setan.
Metode lainnya, adalah menjadikan orang-orang saleh sebagai teman. Karena orang-orang saleh adalah hamba Allah, yang menjadikan shalat, Al Quran, dan zikir sebagai tanaman rindang di taman kehidupan mereka. Mereka juga menjadikan itu semua sebagai benteng yang kokoh, anti tipu daya dan jerat setan.
Ini kemudian yang menjadi alasan berteduh di bawah rindangnya tanaman orang-orang yang saleh dan berlindung di dalam benteng yang mereka dirikan, membuat setan tak mampu mengusik sahabat-sahabat orang yang saleh. Pilihlah sahabat yang saleh dan teguklah kearifan dari mereka, agar hidup tidak terlempar jauh dan diseret oleh setan ke lembah gelap, nista.
Bukankah Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam telah menuliskan sebuah kiasan:
“Sesungguhnya serigala itu hanya memangsa kambing yang memisahkan diri.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa’i).
Kata-kata serigala ini adalah kiasan dari setan. Mereka akan dengan mudah memperdaya orang-orang yang keluar dari benteng yang dibangun orang-orang saleh. Pada saat itulah setan menjadikan diri manusia sebagai budak hawa nafsu, dan lasykar angka murka.
Selalu bersama orang-orang saleh juga bermakna menjadikan jalan yang mereka tempuh sebagai jalan panutan dan dilakukan sebagai proses latihan menjadi kekasih Allah azza wa jalla. Imam Syafi’i, pernah berdiwan dengan indah.
Aku menyukai orang-orang saleh, sekalipun aku bukan termasuk dari mereka. Karena barangkali aku mendapatkan syafa’at berkat bergaul dengan mereka. Dan aku benci terhadap orang yang bisnisnya adalah kedurhakaan, sekalipun kita memiliki sarana jalan sama.
Lalu bagaimana kriteria orang-orang saleh ini? Ibnul Mubarak mengurainya dalam ulasan singkat.
Apabila kamu berteman, bertemanlah dengan orang yang mulia. Mempunyai kehormatan, rasa malu dan kedermawanan. Perkataannya terhadap sesuatu ialah “tidak”, jika kamu katakan tidak. Dan jika kamu katakan “ya’; maka dia mengatakan “ya” pula.
Ali bin Abi Thalib r.a, memperkuat kedua argumen ini dengan berkata, “Berbekallah kamu dari teman-teman yang saleh. Karena sesungguhnya mereka adalah perbendaharaan simpanan, baik di dunia maupun di akhirat.”
Lalu Ali di tanya: “Kalau di dunia ya, tetapi kalau di akhirat bagaimana?” Ali r.a, menjawab bahwa bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam Al Quran Surat Az Zukhruf: 67, “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.”
Inilah kiat agar setan tidak mudah, bahkan tidak mampu memperdaya manusia. Selalu membersihkan hati dan senantiasa menggali kearifan dari orang-orang saleh akan membuat diri kian kukuh dan kokoh dari godaan dan celaan setan.*/Muhammad Sholihin, dari bukunya Indah Sabar.