PADA dasarnya bahwa tujuan hidup manusia di dunia ini ada dua perkara, yaitu:
1. Ingin selamat dunia akhirat.
2. Ingin menjadi raja di dunia dan di akhirat.
Tujuan yang hendak ditempuh manusia di atas itu sangat berat dan sulit. Jika manusia salah menempuh kedua-duanya, maka akan lepas darinya, sehingga menjadi manusia yang sengsara di dunia dan sengsara di akhirat.
Menjadi manusia selamat di dunia itu sangat sukar dan sulit, sebab di dunia itu banyak sekali bahaya yang selalu mengancam keselamatan manusia. Tetapi bahaya dan penyakit yang mengancam manusia itu dapat dihindari oleh manusia yang mengerti, yaitu mengerti bagaimana cara menghindarinya.
Perlu kita ketahui bahwa penyakit dan hama yang sangat berbahaya dalam kehidupan manusia itu adalah penyakit ruhani dan hama hati, bukan penyakit jasmani. Kalau kita terserang penyakit jasmani, dapat berobat kepada dokter atau minum obat yang dibeli dari toko-toko obat. Tetapi kalau manusia terserang penyakit hati atau ruhani, jiwanya gelisah memikirkan darimana memperoleh rezeki, susah karena tanamannya terserang hama, atau hatinya susah karena ingin punya rumah yang baik. Penyakit-penyakit seperti ini sangat berbahaya dan sulit disembuhkan.
Timbulnya kejahatan-kejahatan yang dilakukan manusia di muka bumi ini tidak lain adalah karena ingin hidup senang. Manusia berjudi karena ingin punya uang banyak. Manusia mencuri karena ingin punya harta benda banyak. Manusia korupsi sebab ingin punya harta. Manusia bakhil karena harta bendanya takut berkurang. Salah satu penyebabnya karena yang ditempuh manusia untuk mencari kesenangan di dunia, maka sampai kapan pun tidak akan menemukan kesenangan, baik di dunia apalagi di akhirat.
Satu-satunya jalan untuk menempuh hidup senang sesungguhnya adalah menjadi manusia bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat-nikmat-Nya yang telah diberikan kepada kita. Kita bersyukur kepada Allah Ta’ala karena kita telah beriman dan bukan menjadi manusia yang kufur kepada-Nya.
Nikmat agama inilah yang paling besar yang harus kita syukuri dan harus kita pertahankan agar lekat di dalam jiwa dan jangan sampai terlepas dari jiwa kita.
Jika kita telah menjadi manusia yang benar-benar tawakal kepada Allah, yang kita awali dengan kesabaran, yaitu berijtihad dengan sungguh-sungguh dan bertawakal kepada ketentuan Allah, maka setelah menerima ketentuan dari Allah itu –yang kita syukuri dan terima dengan senang hati, maka kita akan menjadi manusia berbahagia di dunia dan juga berbahagia di akhirat nanti.*Sudirman STAIL
Sumber Buku: Nasihat Meraih Sukses. Penulis: Imam al-Ghazali.