Oleh: Dr. Adian Husaini
Hidayatullah.com | PADA hari Ahad (27 Desember 2020), empat Organisasi Islam menggelar acara Tabligh Akbar Bersama melalui media online. Tema yang dibahas adalah: “Pendidikan dan Kebangkitan Peradaban Kita”. Tabligh Akbar itu merupakan penegasan komitmen dari empat organisasi Islam untuk melanjutkan perjuangan dakwah melalui pendidikan dalam rangka mewujudkan satu peradaban mulia di bumi Indonesia.
Empat orang tampil sebagai pembicara: Dr. Nasirul Haq (Ketua Umum Hidayatullah), Dr. Jeje Zainuddin (Wakil Ketua Umum Persatuan Islam/Persis), Dr. Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia) dan Dr. Muhammad Zaitun Rasmin (Ketua Umum Wahdah Islamiyah). Moderatornya, Dr. Imam Zamroji, Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah.
Keempat Ormas Islam tersebut memang selama ini dikenal dengan aktitivitas dakwahnya dalam bidang pendidikan. Persis yang sudah berumur 97 tahun, kini mengelola ratusan sekolah, pondok pesantren, dan juga Perguruan Tinggi. Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, sejak berdirinya tahun 1967, memilih jalur Pendidikan – dalam arti luas – sebagai jalan utama dakwah. “Dulu kita berdakwah dengan politik, sekarang kita berpolitik dengan dakwah,” kata Mohammad Natsir, menyusul pendirian Dewan Da’wah.
Sejak awal berdirinya, tahun 1973, Organisasi Hidayatullah memulai dengan pendirian Pondok Pesantren di Balikpapan, Kalimantan Timur. Kini, Hidayatullah mengelola ratusan lembaga Pendidikan yang berkualitas, mulai TK sampai Perguruan Tinggi. Pesantren dan sekolah-sekolah Hidayatullah tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.
Wahdah Islamiyah yang berdiri tahun 1988 di Kota Makassar Sulawesi Selatan juga mengawali pendiriannya dengan sebuah lembaga pendidikan. Kini, Wahdah Islamiyah sudah menjadi Ormas Islam dengan basis utama gerakan dakwah melalui dunia pendidikan. Wahdah Islamiyah memiliki satu Perguruan Tinggi yang berkualitas bernama STIBA (Sekolah Tinggi Islam dan Bahasa Arab), di Makasar. Setiap tahun, kampus ini meluluskan ratusan dai yang ditugaskan sebagai dai-dai dan aktivis Wahdah Islamiyah.
***
Dalam acara Tabligh Akbar akhir tahun 2020, Dr. Nasirul Haq menguraikan konsep pendidikan dan peradaban dalam Islam, dengan mengutip al-Quran Surat al-Jumuah ayat 2:
هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
“Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS: Al Jumuah: 2)
Membangun peradaban mulia merupakan misi kenabian. Dan itu dimulai dengan membangun manusia-manusia yang mulia melalui proses pendidikan. Ayat tersebut menjelaskan, bahwa metode pendidikan dimulai dengan menghafal dan memahami ayat-ayat al-Quran, lalu dilanjutkan dengan tazkiyatun nafs (pensucian jiwa). Proses tazkiyah harus menjadi inti pendidikan. Sebab, inilah kunci kesuksesan.
Dr. Nasirul Haq juga menekankan pentingnya penanaman adab dalam Pendidikan, sebagaimana dikatakan seorang ulama besar, Abdullah Ibn al-Mubarak. Kata beliau: “Aku mencari adab selama 30 tahun, kemudian aku mencari ilmu selama 20 tahu.”
Dr. Jeje Zainuddin mengambil perumpamaan al-Quran Surat Ibrahim ayat 24-25 tentang “pohon kebaikan” sebagai simbol peradaban mulia: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”
Bahwa, peradaban mulia harus dibangun berdasarkan keimanan yang kokoh. Karena itulah, pendidikan harus didasarkan kepada penanaman Tauhid. Selanjutnya, keimanan itu terwujud dalam akhlak mulia. Dengan akhlak mulia itulah, seorang manusia akan memberi manfaat kepada sesamanya, sebagaimana disimbolkan al-Quran dengan satu pohon yang akarnya kokoh menghunjam ke bumi, cabang-cabangnya menjulang ke langit, dan buahnya dinikmati oleh umat manusia.
Dr. Zaitun Rasmin pun menekankan pentingnya organisasi Islam memperhatikan aspek pendidikan sebagai proses membangun kader-kader umat dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang politik. Secara khusus, Ustadz Zaitun menekankan pentingnya program kaderisasi ulama, untuk mewujudkan ulama-ulama hebat yang akan memimpin umat. Sejak awal berdirinya Wahdah Islamiyah hingga kini, Dr. Zaitun Rasmin dan para aktivis Wahdah Islamiyah terus melahirkan kader-kader umat yang jumlahnya kini mencapai ribuan dan tersebar di seluruh Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, saya pun menekankan, bahwa problem terbesar yang kita hadapi di Indonesia, adalah kualitas SDM umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan. Kader-kader umat yang unggul itu harus disiapkan melalui proses pendidikan yang unggul. Menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia, tahun 2045, umat Islam Indonesia memiliki peluang besar dalam mewujudkan peradaban mulia, dengan beberapa pertimbangan:
Pertama, Pendidikan dan Peradaban Islam memiliki model ideal yang abadi, yakni model Pendidikan Rasulullah ﷺ dan model ideal masyarakat Madinah yang dibangun oleh Rasulullah ﷺ.
Kedua, konsep itu terjaga dengan baik, karena diterapkan dari generasi ke generasi, dan telah terbukti berhasil mewujudkan beberapa generasi gemilang dalam sejarah peradaban Islam, teramsuk di Indonesia.
Ketiga, situasi global yang semakin menunjukkan kegagalan peradaban besar dalam menyelesaian problematika umat manusia. Keempat, fenomena kebangkitan lembaga-lembaga Pendidikan Islam, yang semakin mendapat kepercayaan dari umat Islam. Kelima, potensi religius bangsa Indonesia, yang dalam satu survei oleh Lembaga internasional (Pew Research Center) dikatakan ada 93 persen masyarakat yang menyatakan, bahwa agama sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Karena itulah, saya mengajak para pimpinan Ormas Islam dan peserta Tabligh Akbar untuk tetap istiqamah dalam mewujudkan peradaban mulia, dengan membentuk insan-insan mulia melalui proses pendidikan yang unggul. Berbagai problematika dan tantangan dakwah kontemporer tidak boleh membuat kita pesimis dan memalingkan kita dari program dan tugas utama tersebut.
Model Pendidikan Nabi sudah dirumuskan oleh banyak ulama dan cendekiawan, dengan menekankan aspek penanaman adab atau akhlak mulia dan penguasaan ilmu-ilmu yang wajib dan bermanfaat. Semoga komitmen dan optimisme empat Ormas Islam dalam mewujudkan peradaban mulia, mendapatkan pertolongan Allah SWT, sehingga melahirkan “Generasi 2045” yang akan membawa Indonesia menjadi negeri yang adil dan makmur, dalam naungan Ridho Ilahi. Amin.*/ Depok, 29 Desember 2020
Penulis Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia