Oleh: Muhaimin Iqbal
SEORANG juru masak terkenal dan penulis beberapa buku masakan Laurie Colwin, dalam salah satu resep salad kentang (Potato Salad) mengungkapkan “there is no such thing as bad potato salad – tidak ada itu yang namanya salad kentang yang buruk”. Asal kentang tersebut dimasak sampai matang, pastilah rasanya enak – karena bahannya memang enak. Pelajaran dari memasak kentang ini ternyata mirip dengan proses seorang menjadi entrepreneur, tidak ada entrepreneur yang buruk – yang ada hanyalah (calon) entrepreneur yang belum matang!
Kentang itu seperti sponge yang biasa dipakai mencuci di dapur, atau seperti anak remaja di masa pertumbuhan – dia bisa menyerap atau melahap apa saja kedalam dirinya. Kentang bisa dimasak dengan apa saja, seledri, bawang, lada, adas, daging asap dlsb. sehingga dari rasa kentang yang asli bisa berubah menjadi rasa yang tidak terbatas.
Kentang juga bisa disandingkan dengan jenis makanan apa saja sehingga memperkaya menu meja makan Anda. Bisa disandingkan dengan sandwich, burger, grilled chicken, steak dan apa saja, insyaAllah dia akan selalu cocok dan saling melengkapi.
Maka seperti itulah karakter seorang (calon) entrepreneur. Dia memiliki modal dasar yang sudah ada dalam dirinya, kemudian dia berkembang tanpa batas ketika dia terus menggali ide-idenya, terus menyerap pelajaran dari pengalamannya, terus memperkaya kompetensi dirinya melalui pengalaman dirinya sendiri atau juga pengalaman orang lain. Entrepreneur tidak dibatasi dengan ‘satu rasa’, satu profesi atau satu bidang keahlian tertentu.
Entrepreneurship adalah multi-discipline, dari penguasaan SDM sampai penguasaan administrasi keuangan, dari penguasaan teknis produksi sampai penguasaan pasar. Dari memahami aspek-aspek mikro yang terkait dengan usaha, sampai environment ekonomi global yang mau tidak mau juga mempengrauhi usahanya.
Entrepreneur juga harus bisa ‘bersanding’ bekerjasama dengan siapa saja, mulai dari target marketnya, para supplier-nya, para pegawainya, para mitra kerjanya dan dengan siapa saja stake holders dari usaha yang dibangunnya. Hubungan entrepreneur dengan mereka ini adalah hubungan yang berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, bukan atasan bawahan, bukan yang membutuhkan dan yang dibutuhkan, take and give – sama sama butuh dan membutuhkan.
Masyalah terkadang muncul, musyawarah dan komunikasi yang baik akan menyelesaikannya. Ketika perdebatan harus terjadi, targetnya bukan untuk mencapai kemenangan yang satu di atas yang lain. Targetnya adalah untuk memperoleh solusi, ide, gagasan dlsb yang terbaik diatas yang lainnya. Mengalah untuk kebaikan yang lebih luas, lebih baik dari kemenangan yang diperoleh dengan menyakiti yang lain.
Dan satu lagi tentang kentang “don’t drop the hot potato – jangan menjatuhkan kentang selagi dia panas” dampaknya bisa fatal, gentang akan langsung mblenyek (maaf tidak ketemu kata yang pas untuk menggambarkannya). Ketika Anda melihat teman Anda lagi berapi-api dengan berbagai ide usahanya yang cemerlang, jangan dijatuhkan dia dengan pemikiran-pemikiran negatif. Pemikiran negartif itu seperti magnit yang menarik logam untuk melekat padanya, seperti lantai yang dengan gaya grafitasinya menarik kentang panas yang jatuh mblenyek di lantai. Dukunglah dia dengan ide-idenya, dan kalau toh ada yang harus dinasihati – lakukanlah se-ihsan mungkin sehingga tidak sampai ‘menjatuhkan kentang selagi panas’.
Tidak ada kentang yang buruk insyaAllah, yang ada mungkin hanya kurang matang saja. Maka teruslah memasaknya, berilah bumbu-bumbu yang beragam, sandingkan dia dengan berbagai menu makanan lainnya – maka jadilah dia kentang yang uenak…InsyaAllah.*
Penulis Direktur Gerai Dinar dan kolumnis hidayatullah.com