RASULULLAH Shalallaahu āAlahi Wasallam memberikan suri tauladan yang agung tentang rasa kasih sayang dan kelembutan terhadap anak-anak. Kelembutan dan kasih sayang Rasulullah disebutkan Allah Subhanahu wa Taāala dalam firman-Nya, “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (at-Taubah: 128).
Diriwayatkan ketika Rasulullah Shalallaahu āAlahi Wasallam melaksanakan shalat, pada rakaat pertama beliau membaca lebih kurang enam puluh ayat, kemudian beliau mendengar tangisan anak kecil, maka pada rakaat kedua beliau membaca tiga ayat. Ini salah satu contoh kemuliaan akhlak dan keluasan sikap lembut dan kasih sayangnya.
Dari Abu Qatadah ra., dari Rasulullah Shalallaahu āAlahi Wasallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya ketika aku berdiri melaksanakan shalat, aku ingin memanjangkannya, kemudian aku mendengar suara tangisan anak kecil, lalu aku pendekkan shalatku, aku tidak ingin memberatkan ibunya.” (HR Bukhari).
Demikianlah, anak-anak dalam kehidupan kita merupakan tumbuhan kecil yang harus dijaga, disirami dengan sikap lembut yang terpancar dari cinta, dan dijaga dari segala mara bahaya. Ketika batangnya tumbuh lurus, jauh dari hal-hal yang merusak dan menyimpang, maka ia akan mampu mengarungi kehidupan ini dengan suci dan bersih bersinar.
Kedua matanya akan terbuka untuk melihat keberadaan sesosok wujud kecil yang berada di sekitarnya, sebuah keluarga yang memberikan ketenangan dan rasa aman. Terputuslah berbagai rintangan pada fase pertama sejak ia lahir, jauh dari berbagai gejala sakit kejiwaan dan jauh dari pertikaian keluarga. Ia akan menjalani kehidupannya di masa yang akan datang sesuai dengan peranannya, dengan penuh harapan dan dedikasi.
Adapun jika suasana keluarga di lingkungan sekitar sang anak itu penuh dengan keributan, maka ketika kedua matanya terbuka (lahir) ia seperti melihat berbagai pengaruh buruk yang ada di tengah-tengah keluarga, ia merasakan kekeringan kasih sayang. Semua itu jelas akan merusak kehidupannya. Seakan ia berada antara pertengkaran dan pertikaian. Maka ketika itu ia merasakan himpitan kesulitan dalam hidupnya, akhirnya rasa bosan, dan jiwa yang labil seringkali meninggalkan berbagai kegagalan dalam kehidupannya.
Oleh karena itulah, kedua orang tua sudah sepantasnya memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan mereka dengan cara yang mudah. Solusi tanpa teriakan dan sikap arogan di hadapan anak-anak. Jadikanlah kehidupan orang tua sebagai saksi yang mampu menggerakkan berbagai kebaikan dan keindahan.
Dalam ajaran Islamlah anak-anak menemukan penyangga hidupnya dan memberikan rasa aman bagi dirinya. Dari Aisyah ra. berkata, “Seorang Arab badui datang menemui Rasulullah Shalallaahu āAlahi Wasallam dan berkata, “Apakah kamu mencium anak-anak kamu?”, Rasulullah Shalallaahu āAlahi Wasallam berkata, “Apakah engkau ingin agar Allah Subhanahu wa Taāala mencabut rasa kasih sayang dari hatimu?”
Dalam riwayat lain disebutkan, Rasulullah Shalallaahu āAlahi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak mengasihi maka ia tidak akan dikasihi.”*/Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim, mantan Rektor Universitas al-Azhar, dari buku Wahai Keluargaku Jadilah Mutiara yang Indah. [Tulisan selanjutnya]