Hidayatullah.com—Para influencer yang kerap menyuarakan sikap anti-Rohingya terbukti telah menyebarkan hoaks, dan mereka wajib bertanggung jawab.
Dalam akun resmi Instagram-nya @tanpajil pada hari Selasa (16/01/2024), Komunitas #IndonesiaTanpaJIL (ITJ) mengunggah ulang liputan Metro TV yang membeberkan fakta seputar kasus pengrusakan Rumah Susun Taman Sidoarjo.
Kerusakan tersebut rupanya bukan disebabkan oleh pengungsi etnis Rohingya, sebagaimana yang dituduhkan oleh influencer TikTok dengan nama akun @hamzali_abredinezad.
“Warga Rohingya kembali membuat masalah dan kali ini mereka merusak Rumah Susun Taman Sidoarjo,” demikian ucapan konten kreator yang memiliki followers lebih dari 2 juta tersebut pada salah satu unggahannya.
Belakangan, terungkap fakta bahwa rumah susun tersebut hanya dihuni oleh lima orang pengungsi asal Rohingya dari total keseluruhan pengungsi sebanyak 297 orang.
Berdasarkan hasil penyelidikan, pengrusakan yang terjadi dilakukan oleh sekitar 30 orang pengungsi asal wilayah lain. Rumah susun tersebut memang diketahui menampung pengungsi dari berbagai daerah konflik, seperti Afghanistan, Sudan, Suriah, Iraq, dan Somalia.
Keributan di Sidoarjo ditengarai telah dipicu oleh masalah padamnya listrik, ditambah lagi kondisi psikologis para pengungsi yang kurang baik karena tak kunjung mendapatkan suaka setelah sekian lama.
Mereka mendiami tempat tersebut selama bertahun-tahun tanpa hak bekerja, sebab Indonesia tidak meratifikasi konvensi PBB soal pengungsi.
Maraknya hoaks yang disebarkan oleh influencer yang memiliki banyak pengikut adalah sebuahf fenomena yang sangat membahayakan umat Muslim di Tanah Air. Untuk itu, ITJ mengajak para pengikutnya untuk bersikap bijak dalam menerima berita.
“Akhir-akhir ini, semakin banyak framing negatif yang bersileweran di media sosial yang memberitakan tentang Rohingya,” ungkap Koordinator Pusat #IndonesiaTanpaJIL (ITJ), Randy Iqbal, dalam wawancara yang dilakukan melalui aplikasi Whatsapp pada Selasa (16/01).
Randy menyatakan keprihatinannya terhadap kasus Rohingya yang sedang ramai diperbincangkan warganet.
“Pertama, pendapat kami tetap seperti suara umat dan ulama pada tahun-tahun sebelumnya tatkala warga Rohingya singgah, yakni membantu dengan tulus ikhlas atas nama Ukhuwah Islamiyah,” ujarnya.
Menurut Randy, umat Muslim Indonesia memang sudah semestinya menawarkan bantuan sesuai kemampuan kepada warga Rohingya, karena alasan kemanusiaan.
“Mereka (warga Rohingya) terzalimi di tanah kelahirannya di Arakan, Myanmar. Sejak abad ke-8 mereka telah menempati wilayah itu. Tetapi mirisnya, Junta Militer Myanmar-lah yang secara keji melakukan penghapusan etnis Rohingya,” ungkapnya lagi.
Akun resmi Instagram ITJ Pusat (@tanpajil) juga telah beberapa kali memposting konten yang menyatakan keprihatinan terhadap isu Rohingya. Salah satunya adalah pernyataan yang dilontarkan oleh salah seorang pegiat ITJ yang juga merupakan Kepala Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Pusat, Akmal Sjafril. Dalam postingan tertanggal 30 Desember 2023 itu, akun @tanpajil mengutip kata-kata Akmal yang mengatakan bahwa “…kita tahu sendiri bahwa para influencer ini bukan intelektual. Mereka sudah terbiasa mengendarai isu-isu yang viral. Tapi, sikap mereka bisa memberikan konsekuensi yang serius dalam masalah Rohingya.”
Menurut Akmal, yang paling bertanggungjawab atas provokasi ini adalah para influencer yang tidak melakukan cek dan ricek terlebih dahulu. Pernyataan ini bersesuaian dengan pandangan Randy Iqbal yang berupaya menjelaskan sikap ITJ terhadap penyebaran fitnah tersebut.
“Mari kita selesaikan masalah etnis Rohingya bersama-sama, karena penolakan dan pengusiran adalah tindakan yang tidak memanusiakan manusia. Para influencer yang menjadi sumber awal penyebaran propaganda keliru ini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya,” tandas Randy.*/ kiriman ITJ Media Center