Hidayatullah.com—Memasuki pertengahan bulan Ramadhan, pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) ar-Riyadh, Balikpapan kian sibuk berbenah. Beberapa kegiatan Ramadhan yang sudah berjalan di masjid terus dievaluasi sambil menyiapkan program ibadah i’tikaf sebagai ibadah khusus di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Untuk Ramadhan tahun ini, seperti biasa, DKM ar-Riyadh kembali menggelar kegiatan i’tikaf di masjid. Diharapkan, dengan berbagai kegiatan hingga akhir Ramadhan, jamaah masjid ar-Riyadh yang mayoritas berasal dari warga Pesantren Hidayatullah Kampus Gunung Tembak ini tetap “betah” bertahan di masjid.
Harapan tersebut wajar, melihat fenomena sosial yang menimpa sebagian besar masjid-masjid di bulan Ramadhan. Terjadi perbedaan yang sangat menyolok. Ketika awal puasa, para jamaah begitu membludak bahkan meluber hingga keluar masjid. Tapi kini di sebagian masjid justru jamaahnya mulai melompong kembali.
“Alhamdulillah, warga yang datang berjamaah rata-rata sebanyak 350 orang pada setiap shalat lima waktu atau setara dengan lima shaf (barisan shalat),” ungkap Ketua DKM ar-Riyadh, Arfan menjelaskan kepada hidayatullah.com, Selasa (23/07/2013).
“Kalau (jumlah jamaah) bisa bertambah, itu lebih baik,” imbuh Arfan lagi.
Untuk kesuksesan acara i’tikaf, DKM ar-Riyadh bahkan membentuk Panitia Khusus I’tikaf, di luar Panitia Ramadhan secara umum.
Terkait hal itu, panitia i’tikaf jauh-jauh hari telah menyiapkan sejumlah kegiatan penunjang acara.
Menurut Arfan, disebut acara penunjang sebab kegiatan inti ibadah i’tikaf adalah memperbanyak ibadah shalat, baca al-Qur’an, dan dzikir kepada Allah.
“Insya Allah panitia berupaya memberi kesempatan seluas-luasnya bagi jamaah untuk memperbanyak ibadah secara khusyuk,” ucap Arfan.
“Silakan bagi jamaah yang ingin membaca al-Qur’an atau shalat sepuasnya di masjid ini,” lanjut ustadz yang juga Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) di Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah ini.
Terkait jumlah peserta i’tikaf, panitia mengaku tidak membatasi jamaah yang ingin i’tikaf di masjid ar-Riyadh. Tercatat, untuk kegiatan i’tikaf Ramadhan tahun lalu jumlah peserta mencapai 105 orang. Selain berasal dari warga Kampus Gunung Tembak sendiri, peserta i’tikaf juga diperkirakan datang dari jamaah di sekitar lokasi Pesantren Hidayatullah. Termasuk beberapa peserta yang datang dari kota Balikpapan.
“Biasanya mereka jamaah dan simpatisan teras Hidayatullah. Mereka itu sudah “pelanggan” tetap (i’tikaf) di sini,” ujar Arfan sambil menyebut beberapa nama jamaah yang biasa i’tikaf di masjid ar-Riyadh.
Gratis tis..
Menariknya, meski tidak membatasi jumlah peserta i’tikaf, panitia ternyata tidak memungut bayaran sepeserpun dari peserta. Semua kebutuhan peserta siap ditanggung oleh panitia. Mulai dari tempat menginap hingga konsumsi buka puasa dan sahur peserta i’tikaf. Bagi peserta i’tikaf yang ingin berinfak, mereka tetap dipersilakan tanpa ada ketentuan nominal dari panitia.
“Semuanya gratis tak berbayar. Tapi silakan saja jika ada yang ingin berinfak,” terang Khairul Amri, pengurus Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Balikpapan.
Terkait dengan urusan konsumsi peserta i’tikaf, selama ini panitia bekerja sama dengan Unit Dapur Umum Pesantren untuk pengadaan konsumsi nasi sambil menawarkan kepada warga, jikalau di antara mereka ada yang ingin menanggung sayur dan lauk pauk. Masih menurut Khairul Amri, tak ada yang perlu dirisaukan dalam urusan konsumsi i’tikaf. Sebab Allah pasti menolong hamba-Nya yang suka menolong saudara. “Terlebih saat ini kita berada di bulan Ramadhan.” ujar Khairul yang juga mantan Ketua KDM ar-Riyadh beberapa periode silam.
Uniknya lagi, di setiap sahur, jamaah masjid ar-Riyadh dibiasakan makan secara berjamaah. Tanpa perlu membedakan di antara sesama warga atau santri sekalipun. Bahkan terkadang beberapa ustadz senior (sesepuh pesantren) sengaja bergabung bersama santri untuk makan berjamaah.
Untuk itu, panitia sudah menyiapkan puluhan nampan yang nantinya setiap nampan dipakai oleh 7-8 orang untuk makan berjamaah.
“Dengan kebersamaan makan berjamaah seperti ini, ustadz-ustadz bisa sambil menyelipkan pesan moral dan akhlaq kepada para santri-santri,” ungkap Arfan.
Satu hal yang patut disyukuri, kesadaran warga Hidayatullah Kampus Gunung Tembak akan keutamaan ibadah i’tikaf perlahan mulai tumbuh. Ibarat cendawan di musim hujan, kesadaran tersebut tumbuh subur menyapa seluruh warga Kampus Gunung Tembak. Tak terkecuali para santri dan mahasiswa yang masih menimba ilmu di pesantren. Terbukti, jumlah peserta i’tikaf yang kian tahun terus bertambah peminatnya.
Untuk itu panitia telah menyiapkan beberapa kegiatan penunjang i’tikaf di masjid. Kegiatan Ramadhan di masjid akan berputar setiap hari mulai dari pukul 02.00 dinihari hingga pukul 22.00 waktu setempat.
Secara umum, kegiatan Ramadhan di masjid ar-Riyadh sudah berlangsung sejak awal puasa. Kegiatan itu lalu terbagi menjadi dua program utama, yaitu shalat dan al-Qur’an. Selain shalat lima waktu secara berjamah di masjid, jamaah juga dianjurkan untuk memperbanyak shalat-shalat sunnah lainnya. Mulai dari shalat Isyraq, shalat Dhuha, dan ragam shalat sunnah lainnya. Termasuk shalat lail berjamaah mulai pukul 02.00 yang diimami oleh Baharun Musaddad, pengajar di Ma’had Tahfidz al-Qur’an Ahlus Shuffah, Balikpapan.
Sebagai catatan, sejak Ramadhan tahun 2012 lalu, jamaah masjid ar-Riyadh dimanjakan oleh nama yang disebut terakhir dengan bacaan satu juz dalam shalat lail setiap malam.
Untuk program al-Qur’an, selain menikmati tadarrus al-Qur’an secara infiradi (baca sendiri), para jamaah juga bisa mengikuti kegiatan belajar terjemah al-Qur’an atau yang akrab disebut MBA (Mengajar Belajar al-Qur’an). Acara MBA berlangsung setiap ba’da Shubuh lalu dilanjutkan dengan Tadabbur al-Qur’an yang disampaikan oleh murabbi (pembina) halaqah secara bergilir setiap hari.
Di luar program di atas, jamaah masjid ar-Riyadh juga bisa menikmati kajian al-Qur’an setiap ba’da Dzuhur dan menjelang waktu buka puasa. Untuk kajian bakda Dzuhur, DKM ar-Riyadh menyiapkan empat materi kajian yang disampaikan bergilir mulai hari Senin hingga hari Kamis.
“Hari Senin itu kajian Shirah Sahabat, berikutnya ada kajian tafsir secara tematik, fiqh dasar, dan terakhir kajian aqidah,” demikian Arfan menjelaskan.*/kiriman Masykur, koresponden hidayatullah.com, Balikpapan