Komisi Hak Asasi Manusia Islam (IHRC) tahun 2020 mengingatkan umat Islam untuk berhati-hati terhadap kurma yang datang dari ‘Israel’ dengan label menyesatkan
Hidayatullah.com | BULAN RAMADHAN segera tiba. Salah satu sunnah warga Muslim selama Ramadhan adalah berbuka dengan kurma. Komisi Hak Asasi Manusia Islam (IHRC) tahun 2020 mengingatkan umat Islam untuk berhati-hati terhadap kurma yang datang dari ‘Israel’ dengan label menyesatkan, sebagai bagian dari kampanyenya untuk memboikot kurma ‘Israel’ pada bulan Ramadhan.
Direktur Ketua IHRC Massoud Shadjareh telah memperingatkan bahwa tidak lagi cukup hanya dengan memeriksa label karena ‘Israel’ berusaha menipu pembeli dengan tidak memberi label produk dengan benar, atau dengan memberi label dengan tulisan Arab atau dengan label “Buatan Palestina”.
“Jangan berbuka puasa dengan kurma yang dicuri di bulan Ramadhan ini,” katanya. “Jadi, pastikan Anda melihat dengan cermat kotak-kotak kurma meskipun ada tulisan Arab atau nama Palestina di atasnya. Jika kotak tidak memiliki informasi tentang nama perusahaan atau importir, itu melanggar hukum dan penipuan,” tambahnya dikutip laman 5pillarsuk-com.
IHRC mengatakan bahwa kecuali kurma berasal dari sumber terpercaya Palestina seperti Zaytoun atau Yaffa, mereka akan berhati-hati untuk tidak membelinya. Hanya saja yang menjadi masalah, bagaimana kita tahu bahwa kurma itu diimpor dari Palestina, atau negara Arab lain? Apakah kita bisa memberikan bukti bahwa kurma itu tidak berasal dari ‘Israel’,dan memastikan benar-benar tidak datang dari ‘Israel’?
Menurut laman inmind.co.uk, setiap pengiriman barang dari Palestina harus disertai dengan sertifikat EUR1 yang membuktikan asal barang tersebut. Konsumen harus meminta salinan sertifikat EUR1 kepada importir.
Jika kemasan tidak dengan jelas menunjukkan asal barang atau rincian pabrikan/importir tidak tertera pada kemasan, maka hal ini harus dilaporkan ke standar perdagangan setempat yang memiliki kewajiban untuk menyelidiki dan jika perlu, mengeluarkan barang dari rak.
Impor Kurma Palestina
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, total nilai impor kurma mencapai US$ 42,3 juta pada kuartal I-2021 atau selama tiga bulan pertama di tahun ini. Rinciannya, nilai impor kurma yang dilakukan Indonesia selalu meningkat dari US$ 10,3 juta di Januari, lalu US$ 14,9 juta di Februari, dan US$ 17,1 juta di Maret.
Sebanyak 10 negara eksportir kurma ke Indonesia pada Maret tahun ini yaitu, Mesir dengan nilai US$ 4,9 juta dan berat 4.522 ton. Mesir menjadi negara terbanyak yang ekspor kurma ke Indonesia pada bulan Maret 2021.
Tunisia, nilainya US$ 4,3 juta dengan volume sebanyak 1.302 ton. Sementa Arab Saudi, nilainya US$ 3,4 juta dengan volume 3.181 ton. UEA, nilainya US$ 1,4 juta dengan volume 816 ton. Iran, nilainya US$ 1,2 juta dengan volume 1.061 ton.
Selanjutnya, Amerika Serikat (AS) nilainya US$ 490 ribu dengan volume 41 ton. Algeria, nilainya US$ 651 ribu dengan volume 319 ton. Palestina, nilainya US$ 322 ribu dengan volume 39 ton. Jordan, nilainya US$ 78 ribu dengan volume 30 ton.
Kemudian Nambia, nilainya US$ 93 ribu dengan volume 42 ton. Sementara lainnya tercatat US$ 68 ribu dengan volume 66 ton kurma, kutip laman detik.com.
Mewaspadai kurma dari ‘Israel’?
Pemukiman. Permukiman ‘Israel’ yang dibangun di atas tanah Palestina yang dicuri telah dinyatakan ilegal oleh Mahkamah Internasional. 60% dari kurma ‘Israel’ ditanam di pemukiman ini, ini adalah tanaman mereka yang paling menguntungkan yang berkontribusi signifikan terhadap kelangsungan ekonomi mereka.
80% dari kurma itu diekspor, dan Inggris menjadi pasar terbesar ke-2 pasar kurma dari ‘Israel’. Jika Anda menentang pendudukan tanah Palestina, targetkan kurma mereka, kutip inmind.co.uk.
Eksploitasi. Pemukim ‘Israel’ membawa pekerja Palestina dengan gaji rendah untuk melakukan pekerjaan di kebun kurma ini. Orang ‘Israel’ lebih suka mempekerjakan anak-anak — bahkan mengeluarkan izin kerja resmi, karena mereka dapat memanjat pohon lebih cepat, dan lebih mudah untuk menipu dan mempermalukan mereka.
Untuk keluar dari kemiskinan, keluarga Palestina terpaksa mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah dan menyerahkan mereka kepada para pemukim untuk bekerja dengan bayaran murah. Perusahaan eksportis kurma terbesar ‘Israel’ Hadiklaim, menjual 65% dari semua kurma ‘Israel’.
Di antara merek kurma yang ekspor dari ‘Israel’ adalah; Jordan River, King Solomon, Tamara Barhi Dates, Rapunzel, Bomaja, Desert Diamond, Shams, dan Delilah. Mereka juga memasok supermarket yang memasarkannya dengan merek mereka sendiri.
Ini termasuk merk Marks & Spencer, Sainsbury’s, Tesco, Asda, Morrisons dan Waitrose. Kadang-kadang mereka diberi label “diproduksi di Tepi Barat”, tetapi ini bukan kurma Palestina. Mehadrin, eksportir produk segar terbesar ‘Israel’, membual menggandakan penjualan kurma Medjoul di bulan Ramadhan! Kurma mereka memiliki nama merek Premium Medjoul, Fancy Medjoul, Royal Treasure, Red Sea, & Bonbonierra, kutip laman inmind.co.uk.
Kadang-kadang dalam kemasannya tertulis “Ditumbuhkan oleh Petani Palestina”, ini mengacu pada ‘perbudakan buruh’ Palestina yang ditemukan di perkebunan ‘Israel’. Tnovot Field (Field Produce Marketing Ltd), adalah pengekspor kurma Medjool terbesar ke-3 di ‘Israel’. Mereknya termasuk Paradise Dates dan Star Dates.
Membaca Label Tidak Cukup. Sayangnya membaca label tidak lagi cukup karena Hadiklaim mengakui bahwa sejak 2012 mereka telah mengirimkan kurma dari Lembah Yordan berlabel ‘Produksi Palestina’. Seorang manajer ekspor pertanian ‘Israel’ yang diwawancarai oleh Al-Jazeera pada Agustus 2012, di pemukiman haram Mahola, di mana Hadiklaim mengambil kurmanya, menjelaskan paket kotak kurma di gudang pengepakannya berlabel “Palestina – Jericho” dengan mengatakan bahwa “kadang-kadang objek Inggris (untuk membeli dari kami].. Kami hanya menghindari penulisan ‘‘Israel’’ di kotak… kami sering mencetak kotak khusus atas permintaan klien… terkadang mereka meminta kami untuk mengubah nama negara asal di kotak. Sekarang bahkan label ‘Made in Palestine’ tidak lagi menjadi jaminan bahwa Anda tidak membeli kurma pendudukan ‘Israel’!
Panggilan BDS. Pada tahun 2005, masyarakat sipil Palestina memprakarsai seruan kepada masyarakat yang berhati nurani di seluruh dunia untuk Boikot, Divestasi, dan Sanksi ‘Israel’ hingga mematuhi hukum internasional dan hak-hak Palestina. Seruan itu didukung oleh lebih dari 170 organisasi Palestina yang mewakili semua lapisan masyarakat termasuk petani.
Permohonan Dari Palestina. Aktivis yang mengunjungi desa Palestina Fasayl di Lembah Yordan menemukan bahwa penduduk desa perlahan-lahan dipaksa meninggalkan tanah mereka oleh tentara ‘Israel’ untuk perluasan pemukiman haram. Satu-satunya mata pencaharian yang tersisa bagi mereka adalah bekerja untuk perkebunan ‘Israel’.
Penduduk desa ini, yang dipaksa bekerja di perkebunan ilegal (termasuk 2 anak di bawah usia 12 tahun) untuk memberi makan keluarga mereka —memiliki pesan untuk para aktivis, permohonan bagi siapa saja yang mau mendengarkan — mengambil tindakan terhadap perusahaan yang mendukung apartheid (Israel). Jadi apa alsanya bagi kita untuk tidak memboikot ‘Israel’?*