Libur telah tiba
libur telah tiba
Hore..hore..hore..
Hatiku gembira!
Tentu kita masih ingat dengan potongan syair lagu di atas. Menggambarkan betapa bahagianya hati seorang anak saat liburan tiba. Ekspresi semacam ini sudah pasti kita rasakan waktu kecil. Loncat kegirangan setelah menerima raport, tanda dimulainya hari libur. Anak-anak gembira karena telah menyelesaikan tugas belajar selama enam bulan, kini mereka akan jeda dan istirahat sejenak sebelum awal semester dimulai. Namun kegembiraan tersebut tidak semua disambut bahagia oleh para orangtua.
Ada sebagian orangtua yang mengeluhkan kondisi anaknya saat liburan. Yang dihadapi orangtua dengan kondisi anaknya adalah anak-anak tidak disiplin dalam kegiatan sehari-hari. Bangun pagi mulai molor, shalat Subuh jadi telat, dan mandi jadi malas. Kebiasaan dan rutinitas harian yang dijalankan selama masih aktif sekolah semuanya berhenti. Dalam benak anak kita, mungkin mereka ingin lepas dari hari yang melelahkan karena aktivitas sepanjang waktu.
Belum lagi kegiatan lain seperti menggunakan gadget dan akses untuk menikmati tontonan televisi. Pada saat aktif sekolah semua dibatasi, tidak televisi, tidak gadget, namun pada saat liburan semua itu bisa bebas diakses dengan dalih liburan. Akibatnya, kewajiban sebagai Muslim tertunda sebab nonton telivisi yang berlebihan, bermain gadget hingga mata letih, dan semua itu membuat lalai pada kebiasaan yang telah dibangun di sekolah.
Belum lagi pada anak remaja kita yang mengikuti boarding school. Pendidikannya di pondok 24 jam. Hidup dengan rutinitas ibadah yang ketat. Baca al-Qur’an setiap saat. Shalat berjamaah di masjid setiap lima waktu. Begitu ketatnya kehidupan di pondok sehingga memiliki kegiatan dari menit per menit. Begitu ia pulang ke rumah untuk liburan, ritme hidupnya akan berubah total. Banyak waktu luang, pengawasan longgar. Dari situ mereka akan merasa bebas. Orangtua kadang merasa iba karena lama tidak pulang lalu membiarkan mereka menikmati liburan dengan sesukanya.
Akhirnya orangtua mengeluhkan, pendidikan karakter yang dibangun sekolah selama berbulan-bulan terkikis oleh liburan anak di rumah. Kekhawatiran seperti ini sangat logis, namun kita pun harus menghormati hak anak untuk menikmati masa liburannya. Lantas bagaimana jalan tengahnya? Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan agar kondisi anak tetap terjaga. Simak di sini